Wayang

Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan adalah jenis pertunjukan wayang kulit yang bernafas Banyumas. Lakon-lakon yang disajikan dalam pementasan tidak berbeda wayang kulit purwo, yaitu bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Spesifikasi wayang kulit gagrag Banyumasan adalah terletak pada tehnik pembawaannya yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat setempat yang memilik pola kehidupan tradisional agraris.

Wayang Kulit
Tokoh-tokoh dari wayang kulit biasanya adalah gambaran dari kisah-kisah klasik Ramayana dan Mahabaratha, yang mencerminkan gambaran kehidupan manusia. Kemampuan dalang adalah hal yang paling berperan. Terutama ketika memainkan penokohan wayang dari balik tabir dan memunculkan bayang bayang wayang, kemudian diiringi gamelan musik Jawa dengan balutan suara sinden semakin menyempurnakan pertunjukan. Fenomena seperti inilah yang menghasilkan sebuah pertunjukan mahakarya seni.

Wayang Bocah
Berbagai macam pertunjukan kesenian yang anda lihat di Solo belum lengkap rasanya sebelum melihat bertunjukan wayang bocah biasanya pernain wayang adalah orang dewasa namun seperti namanya, wayang ini dimainkan anak anak atau dalam bahasa jawa disebut bocah. Meskipun demikian kepiawaian mereka bermain tak kalah dengan wayang orang yang dimainkan orang dewasa. Bahkan selain melihat pertunjukannya. , juga dapat melihat latihannya dengan mengunjungi sanggar tari Wayang Bocah Suryo Sumirat di Mangkunegaran atau Meta Budaya di Kampung Baluwarti.

Wayang Orang Sriwedari
Wayang Orang berkembang sejak abad XVIII. Diilhami dari drama yang telah berkembang di Eropa, KGPAA Mangkunegoro I di Surakarta menciptakan Wayang Orang, bnamuiuntidak berkembang lama. pada saat Paku Buwono X membangun Sriwedari sebagai taman hiburan untuk umum dan diresmikan pada tahun 1899, diadakan pertunjukan Wayang Orang yang kemudian hidup sampai sekarang. Wayang Orang Sriwedari telah berjasa besar ikut serta melestarikan kebudayaan bangsa,yaitu seni wayang orang, seni tari, seni busana, seni suara serta seni karawitan.

WAYANG GOLEK MENAK
Dijaman penyiaran agama Islam masuk ke wilayah Pulau Jawa khususnya diwilayah Pantura Pulau Jawa mengalami hambatan ‑terutama diwilayah Kota Pemalang sebagian masyarakat banyak yang menganut agama Hindu. Karena daerah Pemalang merupakan tanah perdikan dari Kerajaan Majapahit.
Untuk dapat mempengaruhi ajaran‑ajaran Islam para sunan wali dan ulama syiar dengan menggunakan wayang sebagai medianya. Di Kabupaten Pemalang ada beberapa jenis wayang yang tumbuh dan subur diantaranya : wayang kulit, wayang kemprah, wayang tutur, wayang golek cepak, wayang golek badong, wayang golek menak.
Diantara wayang yang kami sebutkan di atas wayang kulit dan wayang golek menak yang mendapat hati di masyarakat. Untuk itu, kami mengangkat wayang golek menak sebagai kesenian unggulan
Bentuk wayang tak ubahnya dengan wayang golek di daerah kami, terbuat dari kayu, dengan wajah tiga dimensi yang menggambarkan tokoh ‑ tokoh pada masa dahulu yang bersumber dari tokoh legenda dan tokoh islam.
Cerita mengambil dari dua sumber, bisa menceritakan ajaran ‑ ajaran Islam dan cerita ‑cerita daerah setempat , tinggal menurut apa keinginan masyarakat atau kehendak yang punya hajat ataupun panitia.

Ke Khasan Wayang Golek Menak
Cerita daerah setempat dengan cerita yang tidak dimiliki daerah lain.
Gending. Gending iringan adaiah gending cengkok khusus daerah setempat Pernalangan Yang tidak di ajarkan di pawiyatan seperti iringan wayang kulit misainya.
Sastra dan Sabet. Sastra kadang muncul dengan khas wayang golek menak serta sabet atau gerak Wayang golek.
Read More... Wayang

Nilai Budaya

Jawa Tengah terdiri dari 3 (tiga) lingkungan budaya, yaitu Lingkungan budaya Pesisir, Lingkungan budaya Bagelan  Banyumas, dan Budaya Kraton, dengan pelestarian budaya antara lain Upacara :Tingkeban, Brokohan, Puputan, Selapanan, Tedhak Siten, Ruwatan, Bersih Desa, Siraman Pusaka, Nyadran, dan Sedekah Laut.
Jawa Tengah memiliki peninggalan budaya antara lain : Candi Borobudur, Mendut & Pawon, Dieng, Gedongsongo, Prambanan.

Filsafat hidup masyarakat :

Ojo dumeh, untuk mengendalikan diri agar tidak sombong misalnya ojo dumeh gek kuwoso (baru dikaruniai kekuasaan), ojo dumeh sugih (baru dikaruniai kekayaan), ojo dumeh wong pangkat (baru dikaruniai jabatan), dsb.

Mulad Sariro Hangrosowani, manusia harus mau dan mampu untuk berinstropeksi diri agar dalam melaksanakan kehidupan sehari - hari tidak keliru.

Surodiro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti, semua kejahatan dan keburukan itu akan hancur oleh kebaikan.

Alon-alon waton kelakon, semua yang akan dikerjakan harus diperhitungkan secara cermat dan berhati - hati, tldak tergesa - gesa agar dapat sesuai dengan cita-cita dan rencana semula.
Read More... Nilai Budaya

Makanan Khas Solo

Tengkleng

Tengkleng adalah masakan yang mirip dengan gulai hanya saja didalamnya berisi tulang kambing dengan sedikit daging yang menempel. Sebagai lauk pelengkap, dapat ditambah dengan sate kambing, sate usus, sate jeroan, dan bagian lainnya pada organ kambing yang ikut digulai bersama tulang tulang seperti mata, pipi, kuping dan kandungan (klepon).
Nasi Liwet

Nasi yang dimasak dengan santan, ditambah sayur sambal goreng jipan dan disempurnakan dengan kumut (terbuat dari santan dan rasanya sangat gurih). Biasanya ditambah ayam kampung dan telur, membuat masakan ini memikat dan menjadikannya hidangan khas Soo yang pertarna dicari dan dirinndukan.

Bestik Solo


Berbeda dengan bestik pada umumnya. Bestik Solo memiliki khas tersendiri. Kuah dari bestik ini serupa dengan kuah semur, selain itu bestik ini menggunakan mustard jawa yang merupakan olahan sendiri. Sedangkan untuk bahan lainnya tak berbeda dengan bestik biasa, ada wortel, buncis, dan timun didalamnya. Hanya saja karena bumbu yang berbeda anda akan menemukan cita rasa khas yang berbeda pula.

Gudeg Cakar


Seperti halnya nasi gudeg manis khas Solo yang ada, rasa masakan inj tak jaub beda. Namun dengan ditambah cakar ayam yang sangat empuk dan nasi yang gurih menjadikan hidangan ini berbeda. Bahkan orang rela antri untuk membelinya.

Sate Kere


Namanya yang unik tak berbeda pula dengan rasanya. Pada dasarnya pembuatan dan bumbu sate ini sama dengan sate pada umumnya. Hanya saja sate ini bahannya bukan berasal dari daging namun dari tempe gembus (ampas tahu yang direbus). Maka tak heran sate ini diberi nama sate kere.

Timlo Solo


Istilah Timlo Solo tentu bukan hal yang asing lagi, terutama bagi anda yang gemar traveling. Masakan ini sekilas bumbunya mirip sup namun isi dan rasanya sangat khas. Hidangan yang terdiri atas racikan soun, jamur kuping, wortel, kacang kapri, kembang gayam/sosis jawa dan terakhir disiram kuah hangat menjadikannya sangat lezat untuk dinikmati.

Pecel


Masakan ini bisa dibilang merupakan masakan kampung yang sederhana namun masih selalu dirindukan. Bagaimana tidak, hidangan ini hanya terdiri dari bayam, kacang panjang, tauge dan kenikir yang direbus dan ditambah bumbu kacang. Bila diperhatikan semua bahan yang digunakan mudah dicari dan diolah. Namun bila anda sudah mencicipi, rasa nikmat sebenarnya dapat anda temukan pada burnbu kacang yang diolah secara khusus. Sehingga sering kali banyak wisatawan yang ingin membawa bumbu pecel ini sebagai oleh oleh.

Cabuk Rambak


lsi dan hidangan ini sekilas tampak sederhana. Berupa ketupat yang diiris tipis tipis dan diberi bumbu diatas setiap potongan ketupatnya kemudian ditambah karak sebagai pelengkap. Namun jangan terkelut bila setelah mencicipinya anda menjadi ketagihan.

Intip


Makanan ini terbuat dari bahan yang berasal dari kerak nasi yang kemudian dikeringkan dan digoreng (intip). Perpaduan rasa intip dengan gula jawa cairnya yang melekat pada intip memberikan sentuhan rasa manis yang menggoda, atau bumbu yang lain, membuat rasa intip menjadi gurih dan renyah untuk camilan.

Sate Buntel


Sate adalah makanan lezat yang popular diseluruh nusantara. Begitu pula di Solo, anda akan menemui berbagai jenis sate. Ada sate ayann, sapi, ular, anjing dan babi. Namun sate yang paling terkenal adalah sate buntel. Sate ini berbahan dasar daging kambing, hanya saja dagingnya dicincang dan dibuat satu adonan besar lalu dibakar/dimasak. Maka tak heran selain porsinya yang besar rasanya pun lebih mantap.

Wedang Ronde


Minuman hangat ini terbuat dari jahe dan gula merah. Kemudian didalamnya terdapat kacang tanah, kolang kaling yang di iris tipis dan adonan manis yang didalamnya terdapat kacang. Bukan hanya rasanya yang enak dan menghangatkan, namun sajian hidangan ini juga tampak memikat.

Dawet Gempol Pleret


Seperti namanya, minuman ini berisi gempol dan pleret. Gempol terbuat dan sejenis tepung beras. Sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah. Gempol dan pleret merupakan perpaduan antara rasa gurih dan manis, kemudlan diberi kuah santan dan gula merah. Dengan ditambah es menjadikan minuman ini terasa semakin segar.

Wedang Beras Kencur


Dibuat dari bahan beras dan kencur yang diolah menjadi minuman. Selain rasanya yang manis dan enak minuman ini juga dapat menjadt jamu yang berguna untuk kesehatan.

Wedang Jahe


Dengan kemampuan sipembuatya dalam mengolah dan meracik menjadikan wedang jahe ini begitu diminati. Minuman ini selain enak juga dapat menghangatkan tubuh, maka anda akan mudah mejumpainya pada malam hari.

Karak

Sejenis kerupuk yang terbuat dan bahan baku beras yang diolah menjadi nasi yang kemudian dikeringkan dan digoreng. Rasanya gurih, biasa digunakan untuk teman santapan soto,sayur lode dan sayuran lainnya.

Rambak Udel

Sama seperti fungsi kerupuk sebagai pelengkap, makanan rambak ini juga demikian adanya. Namun bahan baku rambak ini adalah dari kulit sapi. Makanan Ini dapat diperoleh di pusat oleh-oleh khas Solo.

Srabi Notosuman


Makanan ini terbuat dari bahan tepung beras yang dibuat sedemikian rupa dalam mengolah dan menjadikan Srabi ini begitu diminati. Bahkan dapat dikatakan makanan ini di minat banyak kalangan atas maupun bawah. Makanan ini selain enak juga dapat sebagai pengganti makanan pokok. Anda dapat mudah menjumpai makanan ini di sepanjang kota Solo, siang ataupun malam.
Read More... Makanan Khas Solo

Tari Loro Blonyo Karanganyar


Tari Loro Blonyo merupakan gambaran Dewi Sri dan Dewa Sadan Dewi Sri adalah Dewi Pelindung padi dan pemberi berkah dan erupakan lambang kemakmuran, Sedangkan Dewa Sadana adalah dewa sandang pangan.Dahulu Dewi Sri dan Sadana adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan sehingga masyarakat aman tenteram dan damai.


Pada saat sekarang kedua Dewa dan dewi tersebut sudah sima dari burni pertiwi dan menetap di Tirta Kedasar. Sepeninggal Dewi Sri dan Sadana keadaan bumi pertiwi makin terpuruk Bencana dan malapetaka serta huru hara ada dimana‑mana Atas petunjuk dewa Wisnu agar keadaan aman tenteram dan makmi harus membawa kembali Dewi Sri dan Sadana.Namun hal itu tidaklah mudah karena untuk mendapatkan Dewi Sri dan Sadana harus berhadapan dengan raksasa penunggu Negara Tirta Kedasar Semar berhasil membawa Dewi Sri dan Sadana atas restu Dewa Wisnu. Dengan diboyongnya Dewi Sri dan Sadana Keadam pulih kembali Hasil Pertanian meningkat, sandang dan pangan melimpah. Untuk menghormati Dewi Sri dan Sadana
Masyarakat menyampaikan ucapan syukur dengan musik kothekar lesung yang berirama ritme religius magis
Read More... Tari Loro Blonyo Karanganyar

Seni Tari Tayub Sragen


Kehidupan seni rakyat yang masih ada dan sering dipertunjukkan adalah " Seni Tayub'. Meskipun masih ada seni yang lain, kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat pedesaan pada umunya, karena kesenian yang dalam pertunjukannya bebas dan menyatu dengan penonton ( artinya penonton bisa ikut menari bersarna penari tayub) serta pola garap sederhana.


Dalam hal ini ada beberapa unsur yang berkaitan sebagai pendukung bentuk untuk menjadi satu kesatuan, yaitu
‑ Gerak
- Pola Lantai
‑ Rias Busana
‑ Iringan



1. Gerak
Gerak yang dilakukan oleh penari sekaligus berfungsi sebagai vokalis atau pesinden. Gerakan yang dilakukan hanya bersifat spontan dan tidak mempunyai urutan yang tetap, misaInya : seblak sampur, ulap‑ulap, ulap tawing.
Struktur gerak tari tayub ini merupakan warisan dari generasi sebelumnya, kemudian ditirukan generasi selanjutnya, sehingga tari tayub tidak dipelajari secara khusus tetapi hanya meniru ( imitation) yang langsung diterapkan pada saat menari tayub.
Selain penari tayub ada yang namanya Pengibing. Dalam pelaksanaan gerak seorang pengibing cenderung spontanitas dan improvisasi ( tidak tetap). Dan pada dasamya semua gerak yang dilakukan tidak lepas dari gaya Surakarta, diantaranya Lumaksono, besut, tanjak, sabetan, srisig.

2. Pola lantai
Pola lantai atau lebih dikenal desain lantai adalah garis‑garis dilantai yang dilalui penari atau yang ditempati penari, atau perpindahan tempat untuk pemerataan ruang dengan cara menari sambil melangkah untuk pindah tempat atau arah hadap. Dan perpindahan itu ada kalanya ditentukan oleh aba‑aba kendang, baik itu pindah melingkar atau berpindah tempat dengan penari yang lain.

3. Rias dan Busana
Di dalam seni pertunjukan yang paling penting adalah penampilan. Hal ini diupayakan untuk dapat menarik perhatian penonton diperlukan sarana make‑up untuk merias wajah dan busana untuk kelengkapannya. Nilai‑nilai keindahan ( estetika) dan sopan santun ( etika) tidak lepas dari unsur penting seperti rias dan busana.

4. Iringan
Iringan gending tayub fungsinya untulc menciptakan suasana yang diinginkan serta memberi tekanan pada gerak sehingga terasa lebih mantap. Untulc penekanannya pada kendang dan ricilcan ‑ ricikan balungan seperti; saron demung, saron barung.

Gending‑gending yang biasa digunakan adalah:
‑ Bentuk ‑ bentuk Gendhing Ketawang dan Ladrang untuk mengiringi beksan alusan
‑ Bentuk ‑ bentuk Gendhing Rakyat untuk mengiringi beksan gecul.

DISKRIPSI GERAK TARI TAYUB
1. Maju Beksan
Lumaksono dengan mengikuti gending dilanjutkan seblak sampur, ulap‑ulap dan ulap taweng. Gerakan diulang‑ulang disertai pindah gawang ( penari pindah tempat dengan penari yang lain).
2. Beksan
Masuk pada beksan, penari melakukan gerak dengan spontan dan improvisasi dengan berhadapan dengan penayub ( penonton tetapi ikut menari tayub), tetapi dibagian luar penari tayub ( mengelilingi ).gerak menggunakan taweng seblak sampur, ula‑ulap dan sernua itu dimantapkan oleh iringan yang diinginkan ( dalam hal ini bebas ).

3. Mundur Beksan
Lumaksono hadap kebelakang kemudian putar kembali hadap depan seblak sampur, selesai
Read More... Seni Tari Tayub Sragen

Tradisi Julungan Gunung Lawu Karanganyar

Dalam rangka mendukung program pemerintah di bidang pelestarian budaya tradisional dan bidang kepariwisataan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa di Indonesia terdapat berbagai ragam jenis folklor yang dapat digali dan dikembangkan untuk meningkatkan pembangunan di bidang kepariwisataan pada umumnya dan pariwisata budaya pada khususnya.

Dalam kaitan dengan hal ini, folkor dan seluk-beluknya terutama di dalam keberadaannya sebagai aset pariwisata budaya. Bertujuan: (1) menggali atau mendokumentasikan potensi folklor daerah Lawu, (2) mengungkap fungsi folklor tersebut bagi khalayak pendukungnya, (3) menyeleksi bentuk folklor apa saja yang berpotensi untuk pengembangan pariwisata budaya daerah Lawu, (4) menemukan pola yang dapat diterapkan untuk pengembangan pariwisata budaya daerah Lawu.

Lokasi yang dijadikan objek ini adalah daerah Lawu, Kabupaten Karanganyar. Daerah ini dipilih, sebab daerah Lawu diperkirakan memiliki khazanah folklor yang sangat banyak ragamnya, yang dapat dikembangkan sebagai aset pembangunan pariwisata budaya. Data yang telah dikumpulkan akan diklasifikasi berdasarkan tipenya dan dianalisis dengan pendekatan deskriptif analitik, yakni mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan dan menganalisisnya.

Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan fungsi yang terdapat di dalam folklor bagi kahalayak pendukungnya. Hasil analisis ini dipakai sebagai acuan dalam seleksi bentuk folklor yang berpotensi sebagai aset pariwisata budaya dan penemuan pola pengembangannya didasarkan atas karakter folklor yang diseleksi (terpilih).

Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan, ternyata masih banyak potensi folklor, baik yang berbentuk lisan, sebagian lisan maupun bukan lisan yang belum terdaftar sebagai aset wisata dalam Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar. Padahal khalayak luas sudah mengenal dan mengunjunginya. Seperti bentuk-bentuk folklor lisan: cerita tentang Watugunung, cerita tentang pedanyangan yang terkait dengan upacara tradisi Julungan dan cerita tentang Gunung Lawu.

Bentuk folklor sebagian lisan adalah upacara tradisi Julungan, sementara folklor bukan lisan adalah situs punden atau pedanyangan Endang Suli, Cokro Pandono, Ngledok, Pedanyangan Tawang, Cobrongan dan Tegalrejo. Sementara fungsi folklor bagi khalayak pendukugnya adalah (a) sebagai sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif, (b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device) (bahkan tidak terbatas pada anak tetapi juga orang tua, pemuda, dan masyarakat pada umumnya secara informal, dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Pada prinsipnya hampir semua folklor potensial untuk dikembangkan sebagai aset pariwisata daerah Lawu. Namun perlu ada ‘semacam citra atau image’ yang mampu mengangkat nama Lawu – Karanganyar. Kalau, Prambanan punya cerita Rara Mendut dan Pranacitra, cerita Bandung Bondowoso, atau cerita Rara Jonggrang maka Lawu juga harus bisa menciptakan image dengan cerita Watugnung-nya. Alasan pemilihan ini karena Watugnung merupakan salah satu bentuk cerita yang memiliki potensi wisata yang mampu mensinergikan antara folklor lisan, folklor sebagian lisan atau kegiatan (act), dan folklor bukan lisan atau objek (artifact).

Beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan dalam upaya menggali potensi pariwisata di daerah antara lain adalah melakukan inventarisasi potensi sumber daya lokal unggulan : lokasi, potensi wisata alam, potensi wisata budaya, sumber daya manusia, dan payung hukum; pasar; kemitraan dengan berbagai instansi terkait (tourism stakeholder), seperti : pemda, pelaku bisnis pariwisata, perguruan tinggi, dan masyarakat setempat.
Read More... Tradisi Julungan Gunung Lawu Karanganyar

Hutan Wisata

Berikut ini daftar Hutan Wisata yang terdapat di Kabupaten Karanganyar.

1. Puncak Lawu
Lokasi : Gondosuli, Tawangmangu.
Fasilitas : Jalan setapak, pos keamanan, penunjuk arah.

2. Pringgodani
Lokasi : Blumbang, Tawangmangu.
Fasilitas : Pancuran tujuh, barak penginapan, tempat ziarah (petilasan panambahan Koconagoro), jalan setapak.

3. Sekipan
Lokasi : Kalisoro, Tawangmangu.
Fasilitas : Gedung pertemuan, arena camping, arena perkemahan, jalan setapak.

4. Gunung Bromo
Lokasi : Delingan, Karanganyar.
Fasilitas : Panggung hiburan, arena bermain anak-anak, kopel peristirahatan, hutan lindung, petilasan Nyi Ageng Serang, jalan aspal.

5. Grojogan Sewu
Lokasi : Kalisoro, Tawangmangu.
Fasilitas : Air terjun, kios cinderamata, kolam renang, hutan lindung, fauna (kera).

6. Air Terjun Jumok
Lokasi : Berjo, Ngargoyoso.
Fasilitas : Air terjun, kolam renang.
Read More... Hutan Wisata

Busana Kejawen

Busana adat Jawa biasa disebut sebagai busana kejawen yang mempunyai perlambang atau perumpamaan terutama bagi orang Jawa yang biasa mengenakannya. Busana kejawen penuh dengan piwulang sinandhi, kaya akan ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa.

Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni, yang berkaitan dengan aktivitasnya sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesame manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

1. Iket
Iket adalah tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk penutup kepala. Cara mengenakan iket harus kenceng, kuat, supaya ikatannya tidak mudah terlepas. Bagi orang JAwa arti iket adalah hendaknya manusia mempunyai pemikiran yang kenceang, tidak mudah terombang-ambing hanya karena situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang.

2. Udheng
Udheng dikenakan di kepala dengan cara mengenakannya seperti mengenakan sebuah topi. Udheng artinya mudheng atau mengerti dengan jelas. Artinya manusia akan mempunyai pemikiran yang kukuh bila mengerti dan memahami tujuan hidupnya. Artinya, manusia senantiasa mencari kesejatian hidup dan kehidupan atau sangkan paraning dumadi. Selain itu udheng juga mempunyai arti bahwa manusia seharusnya mempunyai keahlian.ketrampilan serta dapat menjalankan pekerjaannya dengan dasar pengetahuan yang mantab atau mudheng. Atau juga berarti juga hendaklah manusia mempunyai ketrampilan yang professional.

3. Rasukan
Sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa, hendaklah orang Jawa ngrasuk atau menganut agama dan melalu menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa dengan iman dan taqwa. Artinya hendaklah orang Jawa takut akan Allah SWT dan bersedia untuk selalu melakukan apapun kehendak Allah SWT.

4. Benik
BUsana kejawen seperti beskap selalu dilengkapi dengan benik (kancing baju) di sebelah kiri dan kanan. Lambang yang tersirat dalam benik itu adalah hendaklah orang Jawa dalam berbuat selalu diniknik (diperhitungkan dengan cermat). Apapun yang akan dilakukan hendaklah jangan sampai merugikan orang lain, dapat menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

5. Sabuk
Sabuk dikenakan dengan cara melingkarkannya ke badan. Lambang atau arti dari sabuk tersebut adalah manusia harus bersedia untuk berkarya guna memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dari itu manusia harus ubed (bekerja dengan sungguh-sungguh) dan jangan sampai pekerjaannya itu tidak ada hasil atau buk (tidak ada keuntungan, impas). Kata sabuk berarti usahakanlah agar segala yang dilakukan tidak ngebukne.

6. Epek
Epek bagi orang Jawa mempunyai arti bahwa untuk dapat bekerja dengan baik, harus epek (apek, golek, mencari) pengetahuan yang berguna. Selama menempuh ilmu upayakanlah untuk tekun, teliti dan cermat, sehingga dapat memahami dengan jelas.

7. Timang
Timang mempunyai pralambang bahwa apabila ilmu yang ditempuh itu dipahami dengan jelas atau gamblang, tidak akan ada rasa kuatir (samang-samang, berasal dari kata timang).

8. Jarik
Jarik atau sinjang merupakan kain panjang yang akan dikenakan untuk menutup tubuh sepanjang kaki. Jarik bermakna â€Å“aja gampang serik”. Artinya, jangan mudah iri terhadap orang lain, menanggapi segala masalah yang terjadi mesti berhati-hati, tidak grusa-grusu atau emosional.

9. Wiru
Jarik atau kain yang dikenakan selalu dengan cara mewiru ujungnya sedemikian rupa. Wiru atau wiron bias terjadi dengan cara melipat-lipat ujung jarik sehingga berwujud wiru. Berarti, jarik tidak lepas dari wiru. Wiru, artinya wiwiren aja nganti kleru, olahlah segala hal yang terjadi sedemikian rupa sehingga bias menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan harmonis.
10. Bebed
Bebed adalah kain atau jarik yang sedang dikenakan seorang laki-laki pada bagian tubuh sepanjang kakinya. Bebed artinya manusia harus ubed, rajin bekerja, berhati-hati terhadap segala hal yang dilakukan dan tumindak nggubed ing rina wengi artinya â€Å“bekerjalah” sepanjang hari.

11. Canela
Canela mempunyai arti canthelna jroning nala, atau peganglah kuat-kuat dalam hatimu. Canela sama artinya dengan cripu, selop, atau sandal. Canela selalu dikenakan di kaki, artinya dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, hendaklah dari lahir sampai batin sujud. Dalam hati hanyalah sumeleh, pasrah akan kekuasaan-Nya Yang Maha TInggi.

12. Curiga lan Rangka
Curiga atau keris berwujud wilahan, bilahan dan terdapat di dalam warangka atau wadahnya. Curiga dikenakan di bagian belakang badan. Keris ini mempunyai pralambang bahwa keris sekaligus warangka sebagimana manusia sebagai ciptaan dan penciptanya, manunggaling kawula Gusti. Karena diletakkan di bagian belakang tubuh, keris mempunyai arti bahwa dlam menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa hendaklah manusia bias untuk ngungkurake godhaning setan yang senantiasa mengganggu manusia ketika manusia akan berbuat kebaikan.
Read More... Busana Kejawen

Tata Upacara Mantu

1. Pasang Tarup
Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar (tidak luas), tidak dapat menampung jumlah tamu yang banyak, oleh karena itu dibuat bangunan tambahan. Agar suasana perjamuan tampak indah, serasi dan semarak, bangunan tambahan tersebut dihias dengan gaba-gaba, berupa janur (daun kelapa yang masih muda), pelisir pare-anom (hijau kuning) atau gula-kelapa (merah putih) dan sebagainya. Pemasangan bangunan tambahan, gaba-gaba beserta ragam hiasnya tersebut disebut tarup.

Pasang tarup merupakan awal kegiatan peralatan mantu. Berbarengan dengan tarup tersebut disertakan upacara selamatan (wilujengan) yang berisi doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Rosulullah dan para leluhur, agar perhelatan perkawinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat sehingga tercapai apa yang diharapkan.

Hal yang disiapkan adalah selamatan rasulan, nasi asahan, nasi golong, ketan, kolak dan apem.

2. Upacara Buangan (Bucalan, Jawa)
Pengadaan sesaji untuk roh halus (yang baik maupun yang tidak baik) agar menjaga segala penjuru bumi, sumber air, kekayuan besar dan lain sebagainya, sehingga tidak ada yang mengganggu bahkan diharapkan membantu. Macam buangannya adalah pecok bakal dan gecok mentah.

3. Menyiagakan Beras Di Pedaringan
Bapak dan ibu yang akan mengadakan mantu agar menyiagakan beras menyiapkan diri dengan berpakaian Jawa. Ibu mengenakan kain tuluh watu dan kebaya lurik. Ibu menggendong bakul (tenggok) berisi beras, sedangkan bapak mendampinginya. Keduanya masuk ke dalam rumah terus menuju ke pedaringan (tempat menyimpan beras keluarga) untuk memasukkan beras (nyinggahaken wos = memasukkan atau menyiagakan beras yang akan digunakan untuk keperluan mantu).

4. Upacara Tanak Nasi
Ibu dengan dibantu bapak, mengambil beras dari pedaringan terus dibawa ke sumur. Bapak mengambilkan air. Ibu mencuci beras (mususi). Beras dibawa ke dapur. Bapak menyalakan api dapur. Ibu memasukkan beras ke dalam kukusan (kerucut nasi). Itulah upacara menanak nasi. Setelah itu kegiatan menanak nasi dilanjutkan orang lain.

5. Pasang Tuwuhan
Pemasangan tuwuhan (tumbuhan) mengandung maksud agar kedua mempelai di kemudian hari dapat dikaruniai tuwuh (keturunan) yang baik, yakni manusia utama.

a. Tempat Pemasangan
Tuwuhan dipasang di muka rumah dan di pintu kamar mandi tempat bermandi pengantin (siraman).

b. Jenis Tetumbuhan
Diambilkan dari tetumbuhan yang dipandang mempunyai nilai atau arti yang baik, antara lain :

- Setandan pisang suluhan, lengkap dedngan batangnya (suluh=matang di batang, tidak diperam). Dipasang di muka pintu rumah tempat menyelenggarakan perhelatan. Hal ini bermaksud, mudah-mudahan bagi yang punya kerja dapat memiliki hati yang terang dan roman yang cerah.

- Cengkir gading (kelapa muda warna gading/kuning), menunjukkan pikiran yang cerah penuh kemantaban.

- Tebu wulung batangan, melambangkan jiwa yang disertai keteguhan pendirian.

- Daun keluwih seikat, mudah-mudahan penyelenggaraan perhelatan tidak kekukrangan suatu apa, ,bahkan diharapkan serba lebih.

- Daun ilalang, semoga tidak ada hambatan atau halangan suatu apa.

- Daun apa-apa, agar terhindar dari kesukaran atau gangguan yang berupa apapun juga.

- Padi seikat, bersama.

- Dahan dan bunga (bungkah buah kapas), semoga selalu sejahtera lahir batin, cukup sandang cukup pangan.

- Ranting dan daun beringin, semoga selalu mendapatkan perlindungan (pangayoman).

- Pengaron berisi kembang setaman, ditempatkan di bawah tuwuhan. Itu sebagai suatu penghormatan terhadap Dewa penjaga wisma dan Dewi Sri (pengaron = keramik sebangsa kuali terbuat dari tanah).
Read More... Tata Upacara Mantu

Candi Sukuh


Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928.
 

Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso,Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta.

Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.

Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen. Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Kedua candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi. Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhannya Majapahit, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.

Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit.

Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah sangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala, didapati pula, namun dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak patung-patung. Namun pada gapura ini terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir duapuluh tahun dengan gapura di teras pertama!

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para pengunjung ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.

Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.
Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala.
Read More... Candi Sukuh

Grojogan Jumog


Terletak di dusun Jumok, desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso dengan panorama air terjun alami setinggi ± 60 m, berikut fasilitas perkemahan. Lokasi berdekatan dengan obyek wisata Candi Sukuh, Gua Nipon dan obyek wisata yang lain.
Berbeda dengan Air Terjun Grojogan Sewu di daerah Tawangmangu yang telah lebih dulu diikembangkan, air terjun Jumog tampak lebih sederhana. Air terjunnya pun tidak terlalu tinggi, namun tetap memancarkan keindahan khas wisata alam. Konon, setiap jam sepuluh pagi, muncul pelangi di air terjun ini.
Jika Anda dari arah Solo, meluncurlah ke arah Tawangmangu. Di pertigaan selepas Pasar Karangpandan, ambillah jalur ke kiri, ke arah Ngargoyoso. Jalur ke kanan adalah jalur ke Tawangmangu. Air Terjun Jumog dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Tiket masuknya cukup murah, hanya tiga ribu rupiah saja per orang. Fasilitas yang ditawarkan di tempat wisata ini cukup lengkap. Di samping kita bisa menikmati indahnya air terjun yang dikelilingi bukit dengan pepohonan hijau yang asri, disediakan pula arena mainan dan kolam renang anak-anak.
Read More... Grojogan Jumog

Dhukutan Sebuah Upacara Adat Dilereng Lawu


Pada setiap hari Selasa Kliwon Wuku Dukut, sebagian masyarakat dusun Nglurah Kelurahan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu mengadakan suatu adat upacara ritual turun temurun berupa bersih desa, yang telah dilaksanakan sejak bertahun-tahun.
Upacara bersih desa tersebut dikenal dengan tradisi Dhukutan.



Dalam kegiatan tersebut warga masyarakat dusun Nglurah dihimbau untuk membuat sesaji berupa hidangan dari pala wija, sayur dan nasi jagung (setiap akan dilaksanakan ritual Dhukutan menurut kepercayaan adat, segala bentuk sesaji harus dihindarkan dari beras, dan pada saat memasak tidak boleh dicicipi). Sesaji kemudan dikumpulkan di rumah sesepuh desa untuk didoakan, mohon agar seluruh warga masyarakat mendapat keselamatan dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.




Selanjutnya sesaji tersebut dikirab menuju Situs Purbakala Candi Menggung.Di tempat inilah puncak ritual dilaksanakan, yaitu tawur sesaji oleh dua kelompok masyarakat. Dua kelompok masyarakat dusun yang berbeda tersebut mengelilingi Situs Menggung dengan membawa sesaji masing-masing.


Sambil berjalan mereka saling lempar sesaji, dan sebagian lagi dibagi-bagikan kepada pengunjung sampai habis.



Sebelum dilaksanalkannya upacara tradisi Dhukutan tersebut, pada malam harinya (malam Selasa Kliwon) dipergelarkan Wayang Kulit semalam suntuk. Sedangkan setelah upacar selesai, masyarakat dapat menikmati berbagai hiburan kesenian tradisional. Terima Kasih
Read More... Dhukutan Sebuah Upacara Adat Dilereng Lawu

Sendang Ontrowulan Sragen

Lokasi Sendang Ontrowulan
Setelah mendengar kabar bahwa putranya bernama Pangeran Samudro meninggal dunia, ibunda R.A.Ontrowulan di Demak, terkejut. Beliau memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan dengan diantarkan oleh abdi dalem Pangeran Samudro.
Ibunda berniat untuk bermukim di dekat makam Pangeran Samudro agar dapat merawat makam putra satu-satunya tersebut. Setelah setibanya di makam Pangeran Samudro, ibunda pengeran langsung merebahkan badannya sambil marangkut pusara putra yang amant dicintainya.
Ibunda pangeran pada suatu ketika dia merasa bertemu kembali dengan putranya serta dapat bertatap muka dan berdialog secara gaib. Ibunda pangeran mendapat petunjuk jika ingin bertemu dengan Pangeran Samudro harus melepas raganta dengan bersuci terlebih dahulu di sebuah sedang yang letaknya tidak jauh dari makam.
Ibunda pangeran setelah tersadar dan terbangun dari pusara putranya, dia bangkit dan pergi ke sendang untuk bersuci. Setelah itu, rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan dan jatuhlah bunga-bunga penghias dirambutnya. Bunga-bunga itu menurut cerita tumbuh menjadi pepohonan "nagasari" yang kini banyak dijumpai di lokasi.
Oleh karena tebalnya rasa keprcayaan ibunda Pangeran Samudro yang melampai batas keprihatinan, beliau akhirnya dapat mencapai muksa secara gaib sampai badan jasmaninya. Hal ini, tidak ada seorang pun tahu ke mana perginya R.Ay, Ontrowulan. Untuk mengenang peristiwa tersebut tempat suci diberi nama" Sendang Ontrowulan".
Read More... Sendang Ontrowulan Sragen

Menara Pandang Sangiran

Menara Pandang Sangiran
Menara pandang di kawasan Sangiran di Kabupaten Sragen, merupakan salah satu fasilitas untuk memanjakan para wisatawan yang berkunjung melihat pemandangan yang dinamakan "Kubah Sangiran".
Sebutan "kubah Sangiran ini, dari hasil penelitian para ahli diperoleh gambaran bahwa Sangiran awalnya merupakan bukit dan kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat adanya pergerakan dari aliran sungai. Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan tanpa terputus sejak dua juta tahun yang lalu yaitu sejak kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tenga.
Sangiran adalah sebuah daerah pedalaman yang terletak di kaki Gunung Lawu, atau sekitar 17 Km ke arah utara dari Kota Solo dan secara administatif terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Luas wilayahnya 56 Km persegi yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Plupuh, dan Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.
Kawasan ini banyak sekali menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Hal ini dikarenakan pada situs tersebut banyak ditemukan sisa-sisa kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari. Yang paling menakjubkan, bisa mendapatkan informasi lengkap dari sejarah kehidupan manusia purba baik itu mengenai habitat, pola kehidupannya, binatang-binatang yang hidup bersamanya dan proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
Read More... Menara Pandang Sangiran

Ndayu Taman ASRI Sragen

Ndayu Park Sragen
Di Kabupaten Sragen telah berdiri sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan yang sangat lengkap dan sarat dengan nilai pendidikan dan hiburan. Dayu Alam Asri begitulah objek wisata ini dinamakan. Sesuai dengan namanya, tempat wisata ini sangat dekat dengan nuansa alam nan asri. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan Sragen sekitar 20 KM dari Kota Solo; Dayu Alam Asri menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Selain karena keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang menaungi areal seluas hampir 5 Ha, berbagai fasilitas pendukung telah disediakan demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Antara lain : mini zoo , wahana bermain dan ketangkasan, agrowisata, resort, pendopo pertemuan, gazebo, kolam renang lengkap dengan arena luncuran, resto, dan sebagainya.

Sebuah kebun binatang mini ( mini zoo ) menjadi salah satu spot menarik dari objek wisata ini. Koleksi binatang yang hidup dan terpelihara dengan baik di mini zoo ini antara lain rusa, kanguru, landak, ular, burung merak, elang, berbagai jenis ikan langka seperti ikan lele afrika, ikan arapaima, dan alligator fish. Selain sebagai kebun binatang mini, tempat ini juga berfungsi sebagai tempat penangkaran beberapa jenis binatang di atas. Objek wisata ini memiliki konsep sebagai daerah tujuan wisata keluarga, sehingga semua orang dari berbagai usia dapat menikmati kenyaman an dan hiburan yang ditawarkan oleh tempat ini. Fasilitas-fasilitasnya pun tersedia lengkap baik bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua. Masuk lebih jauh ke arena wisata ini, para wisatawan akan disuguhi sebuah taman lalu lintas di mana anak-anak bisa bermain dan belajar tentang disiplin berlalu lintas dengan cara yang tentu saja mengasyikan dan mudah diterima oleh mereka. Selain itu, mereka juga bisa bermain air sepuasnya di kolam renang yang lengkap dengan luncuran yang penuh warna.
Selain itu bagi para wisatawan yang menyenangi tantangan serta kegiatan yang cukup ekstrim dan menantang adrenalin, sebuah wahana flying fox yang terbentang di atas sungai selebar 50 M siap untuk dijajal. Atau jika Anda tidak begitu suka dengan ketinggian namun tetap menginginkan tantangan, cobalah untuk ber- canoeing menyusuri sungai Dayu. Ini tentu akan menjadi pengalaman yang sangat mendebarkan. Aktivitas air yang lain adalah memancing. Anda bisa memuaskan kegemaran Anda dalam hal memancing di sungai Dayu. Sejumlah perahu disediakan bagi Anda yang dapat di manfaatkan saat memancing atau sekedar untuk menikmati panorama alam dari atas permukaan air.
Untuk menambah citra tempat wisata ini sebagai objek wisata alam dan wisata agro, areal pertanian organik terhampar luas di sini. Berbagai jenis tanaman sayur dan buah tumbuh dengan sangat subur tanpa terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya karena semua tanaman ini menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan sehingga sangat sehat untuk dikonsumsi. Tanaman-tanaman tersebut antara lain : buah naga, pepaya jeruk, pisang, kacang panjang, cabai, tomat, pare, terung, singkong, ubi jalar, ceme, sawi hijau, mangga, tebu, padi, dan masih banyak lagi. Selain itu, di objek wisata ini juga bisa dijumpai tanaman Rosella yang daunnya setelah diolah bisa dijadikan minuman sejenis teh. Sebuah green house (rumah kaca) yang menaungi berbagai jenis tanaman hias yang sedap dipandang dan berbagai jenis tanaman obat juga telah didirikan di lokasi wisata ini.
Read More... Ndayu Taman ASRI Sragen

Waduk Kedung Ombo Sragen


Lokasi Kedung Ombo Sragen
SI GERSANG NAN POTENSIAL DAN EKSOTIK DI SRAGEN UTARA

Waduk Kedung Ombo (WKO) merupakan salah satu bendungan terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah. Waduk yang mulai dibangun pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 1991 ini terletak di 3 (tiga) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Grobogan. Waduk Kedung Ombo dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Sungai Serang yang terletak di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

Kawasan Waduk Kedung Ombo mempunyai area seluas 6.576 Ha yang terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan daratan seluas 3.746 Ha. Pemanfaatan WKO baru sebatas untuk irigasi, PLTA, perikanan, dan yang sekarang sedang dikembangkan adalah pengembangan potensi WKO di bidang pariwisata. Keberadaan WKO tidak hanya memberikan manfaat bagi tiga kabupaten yang menjadi daerah genangannya, namun juga bagi daerah-daerah lain. Sebagai contoh, daerah-daerah yang mendapatkan pelayanan irigasi dari WKO antara lain Demak, Kudus, dan Pati. Bahkan air WKO juga melayani sebagian kebutuhan air minum di Kota Semarang.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN WKO

WKO Dulu

Di waktu yang lalu, keberadaan WKO tidak bisa dilepaskan dari kesan negatif yang melekat padanya. Kesan negatif yang muncul akibat proses pembangunan waduk tersebut. Banyak warga masyarakat yang merasa sangat dirugikan karena rumah dan desa yang mereka huni harus ditenggelamkan untuk dijadikan daerah genangan air Waduk Kedung Ombo. Bagi mereka, WKO merupakan cermin ketidakadilan pada masa pemerintahan Orde Baru, yang antara lain berhubungan dengan ganti rugi tanah dan pelanggaran hak asasi manusia.

Ketika itu mungkin tidak pernah terpikir di benak masyarakat bahwa pembangunan Waduk Kedung Ombo akan memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan dan perkembangan di daerah tersebut, serta peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Mengingat daerah di sekitar WKO yang gersang sehingga sangat tidak mendukung bagi perekonomian masyarakat. Akibatnya, kondisi masyarakat di sekitar WKO pada umumnya miskin.

WKO Sekarang

Perkembangan pembangunan WKO yang telah dicapai pada masa ini mungkin tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat sebelumnya. Berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan Waduk Kedung Ombo telah banyak yang dimanfaatkan dan dikembangkan. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Sragen sedang berupaya untuk mengoptimalkan potensi WKO untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Konsep pengembangan kawasan WKO bertumpu pada potensi alam dengan tetap memperhatikan kelestarian alam. Konsep pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat dengan tanpa meninggalkan upaya konvervasi alam, baik darat, air, maupun udara. Dengan demikian, pelestarian alam dapat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat,

Potensi-potensi kawasan Waduk Kedung Ombo yang telah dikembangkan antara lain :

1. Bidang Perikanan

Potensi wilayah perairan WKO yang dapat dikembangkan untuk usaha budidaya ikan adalah seluas 2.830 Ha, sedangkan yang telah diusahakan oleh masyarakat adalah seluas 28 Ha untuk budidaya ikan nila merah, karper, gurame, dan patin. Ikan-ikan tersebut ada yang dipelihara dengan sistem keramba apung.

Ikan-ikan yang dihasilkan dari WKO sehat dan aman untuk dikonsumsi karena tidak tercemar oleh bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan. Hal ini karena perairan WKO adalah salah satu perairan yang bebas dari pencemaran limbah kimia berbahaya yang berasal dari limbah pabrik atau industri. Masyarakat bisa berbelanja ikan-ikan tersebut di pasar ikan yang berada di sekitar waduk.

2. Bidang Pariwisata

Kawasan WKO memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Kabupaten Sragen. Banyak sisi menarik yang bisa menjadi faktor penarik para wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini. Salah satunya adalah WKO berada di lokasi yang strategis dalam artian kawasan ini terletak di posisi yang berdekatan dengan objek dan daya tarik wisata lain yang juga dimiliki oleh Kabupaten Sragen, antara lain : Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus yang berada di tepi Waduk Kedung Ombo; ODTW Museum Sangiran di Kalijambe yang berjarak ± 14 KM dari WKO; Wisata Ziarah di Makam Joko Tingkir dan ayahnya (Ki Kebo Kenongo) di Desa Butuh, Kecamatan Plupuh yang berjarak ± 35 KM dari WKO; dan Desa Wisata Batik Kliwonan di Kecamatan Masaran yang berjarak ± 37 KM dari WKO. Dengan demikian, para wisatawan bisa dengan mudah mengunjungi beberapa ODTW yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen dengan tanpa menghabiskan banyak waktu untuk perjalanan. Selain itu, letak ODTW yang saling berdekatan ini memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin membuat paket perjalanan atau usaha biro pariwisata.

Berbagai aktivitas menarik bisa dilakukan oleh para wisatawan di WKO, antara lain menikmati keindahan panorama WKO, memancing ikan, berbelanja di pasar ikan, dan berpetualang dengan perahu motor di pulau seluas 20 Ha yang berada di tengah waduk. Selain itu, di kawasan WKO telah berdiri sebuah lapangan pacuan kuda “Nyi Ageng Serang” yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang cukup memadai. Lapangan pacuan kuda seluas ± 15 Ha dengan panjang lintasan 600 M dan lebar lintasan 14 M ini merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulomas di Jakarta dan pernah menjadi tuan rumah untuk kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional. Kejuaraan pacuan kuda merupakan kegiatan rutin tahunan di kawasan WKO, yang tentu akan menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik dan sayang untuk dilewatkan.

Selain itu, di hari-hari biasa para wisatawan dapat berkeliling (hiking) di sekitar WKO dengan naik kuda yang telah disediakan. Topografi yang bergelombang namun tidak terlalu curam memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang menyukai petualangan.

Fasilitas lain yang juga tersedia di kawasan wisata WKO adalah homestay. Para wisatawan yang berkunjung ke WKO dapat tinggal di rumah penduduk di sekitar kawasan, melihat dari dekat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal untuk beberapa waktu. Dengan adanya fasilitas homestay ini diharapkan para wisatawan yang berkunjung mendapatkan pengalaman berwisata yang berbeda dan kenangan yang mendalam akan objek wisata ini.

Selain itu, pada saat ini sedang dibangun resto apung untuk melengkapi sarana penunjang pariwisata di kawasan wisata WKO. Para wisatawan dapat menikmati berbagai hidangan di tempat makan yang nyaman yang berada di atas air.

3. Bidang Olahraga

Berbagai aktivitas olahraga dapat dilakukan di kawasan wisata WKO, antara lain berkuda, menjelajah, memancing, berenang, naik sampan/canoe, bersepeda, berkemah, dan sebagainya. Selain itu, di kawasan WKO juga akan disediakan fasilitas untuk olahraga yang lain, misalnya jet ski dan terbang layang (gantole).

WKO di Masa Depan

Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo akan terus berbenah. Pembangunan di kawasan ini tidak berhenti sampai di sini. Beberapa rencana pembangunan dan pemanfaatan potensi kawasan wisata WKO di berbagai bidang telah dirancang dan terbuka peluang yang lebar bagi para calon investor untuk turut berperan serta dalam pembangunan dan pengembangannya. Pengembangan diarahkan pada perbaikan dan peningkatan fasilitas yang sudah ada dan penambahan fasilitas baru.

Rencana pengembangan kawasan wisata Waduk Kedung Ombo antara lain:

· Pembangunan taman safari

· Pembangunan agrowisata jeruk dan lengkeng

· Pembangunan bumi perkemahan (camping ground)

· Peningkatan pemanfaatan lahan untuk budidaya sayuran dan buah organik

· Budidaya ternak walet

· Pembangunan dan penyediaan fasilitas olahraga air

· Pembangunan dan penyediaan fasilitas olahraga terbang layang (gantole)

· Pembangunan resort

· Pembangunan dermaga

· Pembangunan jaringan kereta gantung

· Pembangunan tempat pelelangan ikan

· Pembangunan pasar lelang sapi

· Pembangunan kolam renang

· Pembangunan lapangan mini golf dan lapangan tenis

· Pembangunan sarana dan prasarana (jalan, jembatan, jaringan telepon, tempat parkir, jaringan listrik, air bersih, dan sebagainya).

· Pembangunan arena bermain (play ground)

· Pembangunan rumah makan dan penginapan, dll.

INFORMASI UMUM

Lokasi

Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo terletak di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen (± 29 KM dari Solo atau ± 31 KM dari Sragen).

Rute Perjalanan

Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo dapat ditempuh dengan melewati jalur sebagai berikut:

± 12 KM dari perempatan Sumberlawang ke arah utara menuju Duwet – Ngargotirto – Ngasinan – Ngargosari – belok kiri ke Jatironggo – WKO

Untuk mencapai lokasi lapangan pacuan kuda “Nyi Ageng Serang” dapat melalui jalur berikut :

± 9 KM dari perempatan Sumberlawang ke arah utara menuju Duwet – Ngargotirto – Ngasinan – Lapangan Pacuan Kuda “Nyi Ageng Serang”.
Read More... Waduk Kedung Ombo Sragen

Desa Wisata Batik Kliwonan

Foto Model Dengan Batik Khas Sragen
Dunia mode dan fashion rasanya sudah tidak asing lagi dengan batik. Menyebut batik, ingatan seseorang akan melayang pada secarik kain dan pakaian khas Indonesia. Khususnya Pekalongan, Surakarta, dan Yogyakarta. Tiga kota itu selama ini lebih dikenal oleh para pecinta busana sebagai sentra penghasil batik. Namun jika ditelusuri lebih jauh, pusat-pusat produksi batik pun dapat ditemukan di daerah lain di Jawa Tengah.

Kabupaten Sragen, misalnya, adalah sentra produksi batik terbesar setelah Pekalongan dan Surakarta. Di Sragen, terdapat dua sub sentra batik yakni Kecamatan Plupuh dan Masaran. Dua sub sentra tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik. Letak mereka pun berdekatan, saling berseberangan di sisi utara dan selatan Sungai Bengawan Solo.

       
           
Desa-desa di utara sungai adalah Jabung dan Gedongan yang masuk wilayah Kecamatan Plupuh. Mereka hanya berjarak sepelemparan batu dengan Desa Pilang, Sidodadi, dan Kliwonan. Tiga desa yang disebut terakhir terletak di selatan Bengawan Solo dan berada dalam wilayah Kecamatan Masaran.
Karena berada di pinggiran sungai atau kali –dalam bahasa Jawa, industri Batik di kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan Batik Girli (Pinggir Kali). Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja.
Sebagian besar perajin batik tinggal di desa Kliwonan. Kuantitas produksi batik yang dihasilkan perajin Kliwonan pun paling besar. Oleh sebab itu, kawasan penghasil batik di Sragen kemudian lebih dikenal dengan sebutan sentra batik Kliwonan. Pemerintah Kabupaten Sragen lalu menetapkan sentra batik itu sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan. Desa Kliwonan sekaligus diditetapkan menjadi pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik.
Desa wisata batik terletak 13 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sragen dan telah dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana publik yang memadai.
   
   
Di sepanjang jalan menuju lokasi desa wisata yang terletak 4 kilometer dari jalan besar itu, pengunjung akan disuguhi hamparan persawahan dan rumah penduduk yang tertata rapi.
   
   
Kala tiba di desa wisata batik, pelancong tidak hanya dapat berbelanja.
Wisatawan juga dapat melihat proses pembatikan, seperti proses penjemuran, pewarnaan, pemberian motif, pelapisan dengan sejenis parafin, dan pembatikan.

       
Para pelancong yang berminat tinggal beberapa hari dapat menginap di rumah-rumah penduduk yang telah disulap menjadi homestay. Perjalanan wisata ini dapat menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan. Sebab, wisatawan dapat memperoleh cukup waktu untuk belajar membatik sembari menikmati kehidupan warga pedesaan khas Sragen. idak cuma melihat proses pembuatan batik, pelancong pun boleh ikut menjajal menggoreskan canting -semacam pena untuk melukis batik- ke atas kain mori. Wisatawan juga akan dikenalkan jenis-jenis kain batik dan motif yang dituangkan pada kain. Jika tak keberatan untuk berbasah dan berkotor-kotor sedikit, para penikmat perjalanan wisata bolehlah terjun ke dalam kolam pewarnaan. Bersama juru warna kain, wisatawan akan diajarkan mencelup dan mewarnai kain.
Koleksi Batik Khas Sragen

 Wisatawan juga dapat mempelajari sejarah dan asal usul batik di Indonesia dan lahirnya batik khas Sragen itu sendiri. Gaya batik
Sragen awal mulanya identik dengan batik Surakarta, terutama di era 80-an. Ini tak mengherankan, sebab para pionir kerajinan batik di Sragen umumnya pernah bekerja sebagai buruh batik di perusahaan milik juragan batik Surakarta. Namun kemudian, batik Sragen berhasil membentuk ciri khas yang berbeda dari gaya Yogyakarta dan Surakarta. Batik gaya Yogyakarta umumnya memiliki dasaran –atau sogan– putih dengan motif bernuansa hitam atau warna gelap. Corak Yogyakarta ini biasa disebut batik latar putih atau putihan. Beda lagi dengan batik gaya Surakarta, biasanya memiliki warna dasaran gelap dengan motif bernuansa putih. Biasa disebut batik latar hitam atau ireng. Batik Yogyakarta dan Surakarta juga lebih kuat dalam mempertahankan motif gaya kraton yang telah menjadi patokan baku, misalnya parang,kawung, sidodrajat, sidoluhur, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan batik Pekalongan? Batik dari daerah pesisir utara Jawa itu biasanya berlatar warna cerah mencolok. Motif batik yang digoreskan umumnya berukuran kecil-kecil dengan jarak yang rapat. Beda dengan batik Sragen.



Lahirnya motif tersebut tidak lepas dari pengaruh karakter masyarakat Sragen yang pada dasarnya terbuka dan blak-blakan dalam mengekspresikan isi hati.

Batik Sragen lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Ada kalanya dikombinasi dengan motif baku. Jadilah, motif tumbuhan atau hewan yang disusupi motif baku seperti parang, sidoluhur, dan lain sebagainya. Belakangan ini beberapa perajin mulai mencoba menelurkan motif baru yang isinya merekam aktivitas keseharian masyarakat. Guratan motif batik Sragen dewasa ini cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas ketimbang corak Yogyakarta dan Surakarta.

Di desa wisata batik Kliwonan, wisatawan dapat dengan mudah membedakan batik Sragen dengan motif batik dari daerah lainnya. Para perajin batik di Kliwonan biasa menuangkan karyanya ke berbagai jenis kain dengan berbagai teknik produksi. Jenis kain yang digunakan antara lain sutera yang ditenun dengan mesin maupun manual, katun, dan primisma. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Namun, sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma. Teknik tradisional ini menunjukkan kemampuan luar biasa batik tulis Sragen dalam bertahan di era modern ini. Masih dipegangnya cara tradisional para pembatik di kawasan Kliwonan ini merupakan eksotisme yang langka dijumpai. Inilah daya tarik desa wisata batik Kliwonan.

Soal daya saing batik Sragen memang bukan isapan jempol semata. Walaupun berupa industri rumahan dan berlokasi di pedesaan, kapasitas produksi batik yang dihasilkan tidak bisa dianggap enteng. Lihat saja, produksi batik jenis katun yang dihasilkan pada 2005 mampu menembus angka 50.000 potong, sementara batik jenis sutera dari alat tenun bukan mesin mencapai 365.000 potong. Tak mengherankan apabila Sragen mampu membayang-bayangi Pekalongan dan Surakarta sebagai daerah produsen batik.

Toh, kesuksesan tersebut tidak lantas membuat para perajin batik menjadi lupa diri. Masyarakat sentra batik Girli itu dikenal sebagai komunitas yang religius. Mereka juga dikenal ramah, sopan, dan terbuka terhadap tamu. Ajaran Islam -agama mayoritas penduduk sentra batik Girli untuk memuliakan tamu yang disampaikan turun temurun oleh pendahulu mereka benar-benar dipegang teguh. Bahkan, jika beruntung, wisatawan akan menjumpai sambutan yang unik; hidangan daging ayam yang digoreng utuh. Tradisi ini merupakan simbol penghormatan dan ucapan selamat datang kepada para tamu atau orang asing yang dinilai bermaksud baik.

Kebiasaan uluk salam dan saling menyapa di antara penduduk, maupun kepada orang asing masih jamak ditemui di kawasan itu. Mereka pun begitu ringan tangan membantu tetangganya yang ditimpa kesusahan. Jadi jangan kaget, bila Anda berkunjung ke desa batik Kliwonan suatu saat nanti, bakal disambut penuh kehangatan. Dengan salam khas wong ndeso yang tulus dan menentramkan; Monggo pinarak, sederek…”, artinya, ”mari singgah, saudaraku”.
   

Galeri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen

Galleri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen (SBBS) terletak di jantung kota Sragen, hanya beberapa puluh langkah kaki dari kantor Pemerintahan Kabupaten. SBBS dan Galeri Batik Sukowati merupakan pusat perbelanjaan dan sirkulasi kerajinan batik Sragen. Dua lokasi itu merupakan gerai penjualan para pelaku bisnis di bidang industri batik.
Harga produk-produk batik di dua gerai itu sengaja dirancang agar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dua gerai itu akhirnya menjadi pusat perbelanjaan batik yang mampu diakses masyarakat ekonomi lemah maupun golongan kaya. Untuk menarik pembeli dan mengembangkan pasar, di SBBS dan Galeri Batik Sukowati kerap diadakan bazaar batik dan acara yang bertema batik khas Sragen.
Read More... Desa Wisata Batik Kliwonan

Pemandian Air Panas Bayanan Sragen

Kolam Air Panas Bayanan Sragen
Secara Geografis, Pemandian Air Panas Bayanan terletak 17 Km di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan angkutan umum. Dari Pusat Kota Sragen dapat ditempuh dengan Angkude (Angkutan Pedesaan) jurusan Bayanan Sambirejo dengan rute : Sragen-Ngarum-Blimbing-Bayanan PP.

Kondisi prasarana jalan ke ODTW Pemandian Air Panas Bayanan cukup baik berupa jalan aspal selebar 4 meter. Lokasi obyek wisata ini dapat dicapai melalui enam jalur berbeda. Jalur-jalur tersebut adalah sebagai berikut :

Jalur 1 : Sragen – Ngarum – Sambirejo – Sambi – Bayanan

Jalur 2 : Banaran (Sambungmacan) – Gondang – Sambi – Bayanan

Jalur 3 : Masaran – Jambangan – Batujamus – Kerjo – Sambirejo – Sambi – Bayanan

Jalur 4 : Karanganyar – Mojogedang – Batujamus – Kerjo – Sambirejo – Sambi – Bayanan

Jalur 5 : Magetan – Jogorogo – Ngrambe – Sine – Winong – Sambi – Bayanan

Jalur 6 : Karangpandan – Nagrgoyoso – Jenawi – Sambirejo – Sambi – Bayanan

Sekilas Tentang Bayanan

Pemandian Air Panas Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah untuk wisata kesehatan (helath tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata alam dan olahraga.

Konon, menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit, seperti : rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo” (Air untuk Pengobatan).

Ternyata kebenarannya terbukti sehingga banyak pengunjung berdatangan untuk membuktikan khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas tersebut dipercaya juga bisa menurukan kadar kolesterol dalam darah, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi-sendi dan otot dan menghilangkan capek-capek, apabila dilakukan secara rutin.

Selain sebagai wisata kesehatan karena khasiat yang dimiliki oleh air panas ini dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Pemandian Air Panas Bayanan juga memiliki daya tarik wisata alam (ekowisata). Suasana alam pedesaan yang masih alami dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berasal dari perkotaan. Para wisatawan bisa melakukan kegiatan treking maupun camping di hutan karet yang berada tidak jauh dari lokasi pemandian air panas tersebut dan di kawasan bukit yang mengitari PAP Bayanan.

Pada saat-saat tertentu, misalnya menjelang Bulan Puasa Ramadhan dan Lebaran, di obyek wisata ini sering diselenggarakan atraksi wisata berupa kegiatan seni dan budaya, misalnya Seni Campursari dan Dangdut.

Kantor Pariwisata, Investasi dan Promosi Kabupaten Sragen untuk waktu yang akan datang juga akan menambah fasilitas baru yakni Otbound, Flying Fox dan Arena Motor Tracking. Sehingga banyak pilihan bagi para wisatawan dalam menikmati keindahan Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan.
Read More... Pemandian Air Panas Bayanan Sragen

Museum Purbakala Sangiran Sragen

Pintu Gerbang Museum
Museum Sangiran Sragen
Salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo). Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di dunia. Luasnya mencapai 56 kilometer persegi yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Gondangrejo.

Museum Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo – Purwodadi. Museum ini dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi. Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas : Ruang Pameran yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay; Ruang Laboraturium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan; Ruang Pertemuan yaitu ruang yang digunakan segala kegiatan yang diadakan di museum;Ruang display bawah tanah; Ruang audio visual; Ruang Penyimpanan koleksi fosil-fosil, Mushola dan Toilet.

Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah iniliah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.

Sampai saat ini, Situs Manusia Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus yang ditemukan. Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo Erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo Erectus di dunia (Widianto : 1995, 1). Keseluruhan fosil yang ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hasil tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko.

Di kawasan Museum Purbakala Sangiran telah dilengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan seperti Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir Shop dan Fasilitas Mini Car yang dapat digunakan pada wisatawan untuk berkeliling di Situs Sangiran. Museum Purbakala Sangiran dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi, bus pariwisata maupun angkutan umum.

Cara Mencapai Sangiran

1. Dari Solo dapat ditempuh dengan jarak kurang lebih 17 Km ke arah utara

SOLO ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

2. Dari Semarang dapat ditempuh kurang lebih 100 Km

SEMARANG ==> PURWODADI ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

SEMARANG ==> SALATIGA ==> KARANG GEDE (BOYOLALI) ==> GEMOLONG ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

3. Dari Surabaya

SURABAYA ==> SRAGEN ==> GEMOLONG ==> KALIJAMBE == > SANGIRAN

SURABAYA ==> SRAGEN ==> MASARAN ==> PLUPUH ==> SANGIRAN (Jalan beraspal dan sempit)

4. Dari Jogjakarta, jarak tempuh kurang lebih 90 Km

JOGJAKARTA ==> SURAKARTA / SOLO ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN
Read More... Museum Purbakala Sangiran Sragen

Kolam Renang Kartika

Kolam Renang Kartika
Kolam Renang Kartika merupakan salah satu objek wisata tirta andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen.Objek wisata ini terletak didalam kota dan mudah untuk dicapai. Berbagai fasilitas disediakan untuk mendukung kenyamanan pengunjung, antara lain kolam renang utama, kolam renang anak-anak yang dilengkapi dengan ban pengaman, kolam luncuran, kolam pemancingan, arena bermain, taman keluarga , dan kafetaria.
Kolam Renang Kartika dapat dicapai dengan melewati alun-alun kota , lalu belok ke kanan + 1,5 KM.

Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu:

    Kolam renang untuk umum , kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter

    Kolam renang untuk anak-anak , kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter.
   
Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.
Read More... Kolam Renang Kartika

Makam Pangeran Samudro Gunung Kemukus

Gunung Kemukus Sragen
Objek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan “GUNUNG KEMUKUS” selalu menarik untuk diulas. Hal yang menjadikan objek wisata ini menarik adalah pandangan pro dan kontra tentang Makam Pangeran Samudro itu sendiri dan kisah yang beredar di tengah masyarakat.

Ada 2 (dua) paradigma yang berkembang di tengah masyarakat tentang Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus. Pertama, adanya keyakinan di sebagian masyarakat bahwa
apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan
suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan ( 1 lapan = 35 hari).
Paradigma negatif ini perlu diluruskan agar para peziarah tidak terjebak dalam paradigma dan kepercayaan yang keliru. Setiap peziarah atau pengunjung yang menginginkan permohonan atau keinginannya terkabul haruslah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berdo’a dan berusaha di jalan yang benar. Singkatnya, paradigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat tersebut tidak benar adanya.

Kedua, berziarah ke Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus adalah suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai keutamaan dengan mengingat jasa dan keluhuran jiwa dari figur yang diziarahi. Dengan berziarah di tempat tersebut, manusia diharapkan untuk selalu ingat akan kematian sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbuat kebaikan sesuai dengan keluhuran jiwa dan teladan dari figur yang diziarahi.

Sejarah Pangeran Samudro

Pangeran Samudro adalah putra Raja Majapahit terakhir dari ibu selir. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya yang lain. Bahkan beliau bersama ibunya ikut diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak. Pada waktu itu beliau telah berusia 18 tahun.

Selama berada di Demak, Pangeran Samudro mendapat bimbingan ilmu agama dari Sunan Kalijaga. Ketika dirasa cukup dan usianya telah semakin dewasa maka atas petunjuk dari Sultan Demak melalui Sunan Kalijaga, Pangeran Samudro diperintahkan untuk berguru tentang agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu sekaligus mengemban misi suci untuk menyatukan saudara-saudaranya yang telah tercerai berai. Pangeran Samudro mentaati nasehat tersebut dan pergi berguru pada Kyai Ageng Gugur dengan didampingi oleh dua abdinya yang setia.

Selama berguru kepada Kyai Ageng Gugur, Pangeran diberi ilmu tentang intisari ajaran Islam secara mendalam. Selama itu pula, Pangeran tidak mengetahui bahwa Kyai Ageng Gugur sebenarnya adalah kakaknya sendiri. Ketika dirasa Pangeran Samudro telah menguasai ilmu yang diajarkan, Kyai Ageng Gugur baru menceritakan siapa beliau sesungguhnya. Betapa terkejutnya Pangeran Samudro mendengar cerita tersebut, karena beliau teringat akan amanat Sultan Demak untuk menyatukan saudara-saudaranya. Akhirnya, Pangeran Samudro menceritakan tentang amanat tersebut. Ternyata Kyai Ageng Gugur bisa menerima dan bersedia dipersatukan kembali dan ikut membangun Kerajaan Demak.

Setelah selesai berguru dan tercapai maksud tujuannya, Pangeran Samudro dan dua abdinya kembali ke Demak. Mereka berjalan ke arah barat dan sampailah mereka di Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) kemudian mereka beristirahat untuk melepaskan lelah. Di dukuh tersebut mereka bertemu dengan orang yang berasal dari Demak (Wulucumbu Demak) yang bernama Kyai Kamaliman. Di dukuh ini, Pangeran Samudro berniat bermukim sementara untuk menyebarkan agama Islam.

Setelah dirasa cukup, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di padang “oro-oro” Kabar. Sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame (Gemolong). Di tempat ini Pangeran Samudro terserang sakit panas. Walaupun demikian, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong (wilayah Kecamatan Miri). Karena sakit yang diderita semakin parah, Pangeran memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.

Ketika sakitnya semakin parah dan dirasa akan sampai pada ajalnya/hampir meninggal, Pangeran Samudro memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak. Seusai mendengar amanat Sultan, abdi tersebut diperintahkan untuk segera kembali. Dan ketika abdi tersebut kembali ke tempat di mana Pangeran beristirahat, Pangeran Samudro telah meninggal. Selanjutnya sesuai dengan petunjuk Sultan, jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut.

Sebelum pemakaman, diadakan musyawarah di antara orang-orang yang memiliki lahan di sekitar wilayah itu. Mereka bersepakat bahwa lokasi bekas perawatan/peristirahatan Pangeran Samudro akan didirikan desa baru dan diberi nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.

Sejarah Penamaan Gunung Kemukus

Pangeran Samudro dan pengikutnya sebenarnya sangat diharapkan untuk kembali ke Kasultanan Demak oleh Sultan Demak, namun ajal terlebih dahulu menjemput Pangeran Samudro. Sultan Demak mengatakan, “Menurut hematku bahwa sakitnya Si Samudro itu sudah tidak bisa diharapkan untuk membaik dan jauh kemungkinan untuk sampai ke Demak. Kiranya jika memang sudah menjadi suratan Yang Maha Kuasa bahwasanya sampai di situ saja riwayatnya, maka saya memberi petunjuk jika Si Samudro sudah sampai ajalnya, maka kebumikanlah jasadnya pada suatu tempat di bukit arah barat laut dari tempat Pangeran Samudro meninggal. Sebab boleh jadi kelak di sekitar tempat itu akan menjadi ramai sehingga dijadikan tauladan orang-orang di sana”.
Pada awalnya keadaan di lokasi Makam Pangeran Samudro sangatlah sepi dan jarang dijamah orang karena letaknya di tengah hutan belantara, serta banyak dihuni oleh binatang-binatang buas. Namun, sedikit demi sedikit keadaan berubah setelah daerah tersebut dihuni oleh para penduduk.

Selanjutnya diterangkan bahwa di atas bukit tempat Pangeran Samudro dimakamkan, apabila menjelang musim hujan ataupun kemarau tampaklah kabut-kabut hitam seperti asap (kukus). Karena hal itulah, penduduk setempat menyebut bukit itu “Gunung Kemukus” sampai dengan saat ini. Demikianlah asal-usul Gunung Kemukus.

Sejarah Sendang Ontrowulan

Setelah menerima kabar dari Abdi Dalem Pangeran Samudro, Sultan Demak kemudian menyampaikan berita meninggalnya Pangeran Samudro tersebut kepada ibu Pangeran Samudro, R.Ay. Ontrowulan. Terkejutlah beliau mendengar berita tersebut dan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan. Kepergian ibunda Pangeran Samudro ke makam putranya diantar oleh abdi Pangeran Samudro yang setia. Ibunda Pangeran Samudro berniat untuk bermukim di dekat Makam Pangeran Samudro dan merawat makam putranya tersebut.
Setelah sampai di pemakaman, ibunda Pangeran Samudro langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. Sampai pada suatu ketika ia merasa bertemu kembali dengan putranya serta dapat bertatap muka dan berdialog secara gaib :
“Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.
Jawab Pangeran Samudro :
“Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan Ananda sebab ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.
Setelah terbangun dan tersadar dari pertemuan dengan putranya, beliau pun bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk bersuci. Setelah itu, rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan dan jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya. Konon bunga-bunga tersebut tumbuh mekar menjadi pepohonan “Nagasari” yang dapat dijumpai di sekitar lokasi hingga kini.
Oleh karena tebalnya rasa kepercayaan ibunda Pangeran Samudro yang melampaui batas keprihatinan, beliau akhirnya dapat mencapai muksa secara gaib sampai badan jasmaninya. Hal ini dikarenakan tak seorang pun tahu kemana perginya R.Ay. Ontrowulan atau dengan kata lain ibunda Pangeran Samudro hilang tak tentu rimbanya. Untuk mengenang peristiwa tersebut tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan, diberi nama “Sendang Ontrowulan”.

Silsilah Pangeran Samudro

INTI ZIARAH DI MAKAM PANGERAN SAMUDRO
Sejarah dan Waktu Ziarah di Makam Pangeran Samudro
1. Setiap hari selalu ada pengunjung yang berziarah ke Makam Pangeran Samudro meskipun
tidak banyak. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang melakukan suatu pantangan/sesirih
tertentu, misalnya melakukan pati geni selama beberapa hari di sana.
2. Setiap Kamis malam Jum’at jumlah pengunjung lebih banyak dari hari-hari biasa.
3. Setiap Kamis malam Jum’at Pon dan Kamis malam Jum’at Kliwon merupakan puncak kunjungan
wisatawan/peziarah. Tidak kurang dari 10.000 pengunjung dari berbagai daerah di Jawa dan
luar Jawa datang untuk berziarah di tempat ini.

Puncak kunjungan wisatawan/peziarah di Gunung Kemukus terjadi setiap malam Ju’mat Pon di bulan Suro/Muharam. Pengunjung malam Jum’at Pon di bulan Suro/Muharam mencapai 15.000 orang dan pada malam Jum’at Kliwon di bulan Suro/Muharam mencapai 7.000 orang. Pada hari pertama di bulan Suro/Muharam diadakan ritual pencucian selambu makam Pangeran Samudro, yang biasa disebut dengan ritual Larab Slambu/Larab Langse, yang dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk sebagai acara rutin tahunan di objek wisata ini.

Waktu yang tepat untuk berziarah menurut literatur yang ada dan tradisi masyarakat di sekitar Gunung Kemukus adalah hari Kamis malam Jum’at Pon. Hal ini bertolak dari kisah pada zaman kerajaan Demak, sebagai berikut :
Pada suatu ketika di hari Jum’at Pon setelah Sultan Demak melaksanakan sholat berjamaah (Jum’atan), beliau melayangkan pandangannya ke atas dan dilihatnya sebuah bingkisan. Kejadian tersebut tidak diketahui oleh seorang pun kecuali oleh Sultan sendiri. Bingkisan tersebut lalu diambil dan didalamnya terdapat kain putih yang bertuliskan “Ini adalah pakaian untuk bekel (Senopati) Tanah Jawa”. Sebuah benda berbentuk “Kotang Ontokusumo”. Kemudian menurut adat, pakaian ini dikenakan oleh orang yang akan memangku jabatan Pangeran Pali.
Kemudian kejadian itu dijadikan sebagai dasar / ketentuan dengan para wali. Ketentuan di mana apabila Sultan Demak berkenan mengadakan pertemuan dengan para wali, maka waktunya ditentukan yaitu tepat pada hari Jum’at Pon untuk memperingati peristiwa penemuan Pusaka Kotang Ontokusumo.

Berdasarkan pada cerita tersebut, masyarakat sekitar kemudian menjadikan malam Jum’at Pon sebagai puncak tahlilan/do’a bersama. Sampai saat ini, pada setiap malam Jum’at Pon banyak orang berduyun-duyun datang untuk berziarah ke Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus.

Inti Ziarah di Makam Pangeran Samudro

“Sing sopo duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakno dhemene kaya dene yen arep nekani marang panggonane dhemenane” (Kadjawen, Yogyakarta : Oktober 1934)
“Barang siapa berhasrat atau punya tujuan untuk hal yang dikehendaki maka untuk mencapainya harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci, jangan serong kanan / kiri harus konsentrasi pada yang dikehendaki / yang diinginkan, dekatkan keinginan, seakan-akan seperti menuju ke tempat kesayangannya / kesenangannya”.

Petikan naskah atau wacana tersebut memang dapat ditafsirkan keliru, khususnya oleh masyarakat awam. Ada pendapat yang keliru yang mengatakan bahwa apabila berziarah ke Makam Pangeran Samudro harus seperti ke tempat kekasih/dhemenan dalam pengertian bahwa berziarah ke sana harus membawa isteri simpanan atau teman kumpul kebo serta melakukan hubungan seksual dengan bukan istri atau suami yang sah.. Parahnya, pendapat tersebut telah diterima oleh sebagian besar masyarakat.

Akan tetapi pandangan atau pendapat tersebut tidak benar dan perlu diluruskan. Munculnya pendapat tersebut berawal dari penafsiran pengertian kata “dhemenan”. Pengertian kata “dhemenan” dalam bahasa Jawa diartikan kekasih lain yang bukan isteri/suami sah (pasangan kumpul kebo), kekasih gelap, isteri/suami simpanan. Sehingga pengertiannya menjadi apabila ziarah ke Makam Pangeran Samudro harus membawa dhemenan.

Arti sesungguhnya dari kata “dhemenan” dalam konteks naskah dalam bahasa Jawa tersebut adalah keinginan yang diidam-idamkan, cita-cita yang ingin segera terwujud/tercapai seperti seakan-akan ingin menemui kekasih.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti ziarah di Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus adalah apabila punya kemauan, cita-cita yang ingin dicapai atau apabila menghadapi rintangan yang menghalangi jalan untuk mencapai cita-cita/tujuan tersebut harus dilakukan dengan cara sungguh-sungguh, hati yang bersih suci dan konsentrasi pada cita-cita dan tujuan yang akan dicapai/dituju. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk mencapai cita-cita dan tujuan tersebut dengan mudah.

Nilai-nilai Keteladanan Pangeran Samudro

Apabila saat ini Makam Pangeran Samudro selalu ramai dikunjungi oleh peziarah adalah karena adanya keyakinan bahwa semasa hidupnya Pangeran Samudro adalah orang yang mulia, besar jasanya pada bangsa dan negara, serta selalu berbuat baik dan menghormati sesama.
Hal-hal yang perlu diteladani oleh para peziarah dari seorang figur Pangeran Samudro adalah :
1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menghargai orang tua sebagai perantara lahir manusia ke dunia.
3. Selalu taat dan setia kepada negara dan Sultan (Pemerintah)
4. Tidak takut menghadapi kesukaran,dan penderitaan dalam menunaikan tugas.
5. Seorang tokoh pendamai/pemersatu bangsa dan selalu bertanggung jawab.

INFORMASI UMUM

Lokasi Administratif

Secara administratif, Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Letak Geografis

Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar ± 29 KM di sebelah utara kota Solo. Dari Sragen sekitar 34 KM ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Dari kota Sragen dapat ditempuh selama ± 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan Sragen – Pungkruk/Sidoharjo – Tanon – Sumberlawang/Gemolong – Gunung Kemukus.
Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama ± 30 menit, melewati jalan Solo – Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi Waduk Kedung Ombo.

Spesifikasi Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus

Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran Samudro berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu, Obyek Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen.
Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen. Kawasan tersebut terdiri dari :
1. Bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan dinding batu bata dan bagian atas
berdinding kayu papan. Didalamnya terdapat tiga makam. Satu buah makam besar yang
ditutupi kain selambu adalah makam Pangeran Samudro dan R.Ay. Ontrowulan. Sedangkan dua
makam lainnya adalah makam dua abdi setia Pangeran Samudro yang selalu mengikuti beliau
kemanapun pergi.
2. Di sebelah kanan makam terdapat sendang (sumber air) yang bernama “Sendang Ontrowulan”.
Sendang tersebut merupakan tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan ketika akan menemui putranya
yang sudah meninggal. Air sendang tersebut dikenal tidak pernah habis, bahkan di musim
kemarau sekalipun.

Fasilitas Pengunjung

Kawasan Wisata Gunung Kemukus dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung pariwisata yang tentu saja bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung, antara lain: mushola, kamar kecil, tempat parkir, penginapan, dan ruang informasi.

TIKET MASUK

- Hari Biasa                                                  Rp. 3.000,-

- Malam Rabu & Jum’at Pon/Kliwon       Rp. 4.000,-
Read More... Makam Pangeran Samudro Gunung Kemukus