GOR Diponegoro Sragen

GOR Diponegoro sragen merupakan tempat dimana masyarakat Sragen dapat menyalurkan hobi berolah raganya. Sebelum dibangun menjadi sebuah gedung olah raga, tempat tersebut merupakan tempat pemakaman orang Cina. Ketika Bupati masih dijabat oleh Bapak Suryanto PA, pemakaman orang Cina tersebut dipindah ke Gunung Banyak, tanah di jalan Perintis Kemerdekaan itu kemudian didirikan sebuah gedung olah raga. Drs. Harjuno Toto, MM, Kepala Bidang Aset Dinas Tata Kota Kabupaten Sragen menuturkan, nama DIPONEGORO diambil dari nama pejuang Indonesia yang bernama Pangeran Diponegoro. Harapannya, setiap orang yang melakukan aktivitas olah raga di GOR Diponegoro ini juga memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak pantang menyerah seperti Pangeran Diponegoro. Seiring berjalannya waktu setelah tonggak kepemimpinan ditangan Bupati Sragen H. Untung Wiyono, GOR Diponegoro ditetapkan sebagai tempat olah raga dan rekreasi. Mulai dari tahun 2005, telah dibangun fasilitas – fasilitas tambahan berupa gedung badminton, gedung senam lantai, senam alat / fitnes, gedung tinju, panahan, gedung tenis meja, taman bacaan, mushola, panjat tebing, arena bermain anak, jalur refleksi, arena skate board dan free style bike dan beberapa fasilitas olah raga lain. Semua gedung-gedung olah raga tersebut lengkap dengan sarananya. Dengan penambahan fasilitas ini masyarakat Sragen dapat menikmati berolah raga maupun berekreasi. Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olah raga, adalah salah satu tujuan dibangunnya fasilitas – fasilitas yang dibangun di dalam GOR DIPONEGORO. GOR DIPONEGORO dibawah pengelolaan Dinas Tata Kota. DTK ( Dinas Tata Kota) Bidang Aset. Bidang Aset DTK, selain mengelola GOR Diponegoro juga memelihara aset atau bangunan lainnya di Sragen yaitu gedung Kartini, gedung KNPI, Lapangan Taruna, Alun – Alun, Bumi Perkemahan, Padepokan Mas Karebet dan Pacuan Kuda. Awalnya, GOR Diponegoro selain tempat untuk berolah raga juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti, konsesr musik atau parade seni budaya. Namun sekarang GOR Diponegoro hanya dikhususkan untuk kegiatan olah raga dan rekreasi saja. Menurut Drs. Harjuno Toto, hal tersebut dikarenakan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat dalam berolahraga maupun berekreasi. Bahkan untuk mewujudkan GOR Diponegoro sebagai tempat yang bersih dan nyaman untuk berolah raga, pihak pengelola mengeluarkan aturan yang tidak memperbolehkan merokok di lingkungan GOR Diponegoro. Dinas Tata Kota juga telah menyediakan tempat-tempat sampah yang terdiri dua jenis tempat sampah yang berbeda, organik atau an organik, supaya masyarakat dapat memilah – milah sampah yang mereka buang. Untuk menjaga kebersihan dan keamanan GOR, ada delapan orang yang setiap hari membersihkan seluruh wilayah GOR dari pukul empat pagi sampai pukul dua belas siang. Selain itu ada Petugas piket dari Dinas Tata Kota yang secara bergiliran menjaga GOR. Dilingkungan GOR juga disediakan fasilitas taman bacaan yang dikelola oleh UPTD Perpustakaan Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Setiap hari taman bacaan tersebut terbuka untuk umum selama jam kerja. Masyarakat yang akan maupun selesai melakukan aktivitas oleh raga banyak yang menikmati fasilitas ini. Banyak sekali event-event olah raga yang telah dilakukan di GOR Diponegoro. Tahun 2007 lalu telah dilaksanakan lomba Barongsai tingkat Nasional, Kejurnas Bola Volly Yunior tingkat nasional, Bupati Cup tenis meja, maupun Kejuaran Pencak Silat. Saat ini di GOR Diponegoro sedang diselenggarakan Kapolres Sragen Cup 2008. Pertandingan ini diikuti oleh empat perwakilan tim bola volly putra dan putri dari masyarakat eks kawedanan Sragen, Gemolong, Gondang, Gesi dan satu tim putra putri dari Polres Sragen. Hari ini mereka bertanding memperebutkan juara satu sampai empat. Selain event – event kejuaraan, setiap hari GOR Diponegoro juga dipenuhi oleh siswa siswi dari sekolah – sekolah sekitar lingkungan GOR Diponegoro baik dari tingkat Taman Kanak – Kanak sampai tingkat Sekolah Menengah Atas. Pada hari Rabu dan Jumat, tempat tersebut digunakan untuk senam pagi oleh PNS di lingkungan Pemkab Kabupaten Sragen.

Sumber : http: www.sragenkab.go.id
Read More... GOR Diponegoro Sragen

Bebek Goreng Pak Slamet Solo

Warung bebek goreng Pak Slamet terletak di Sedahromo Lor RT 01 RW 07 Kartosuro. Pak Slamet mulai berjualan bebek goreng pada tahun 1986 di pinggir jalan Solo-Jogja, dan sejak tahun 1992 pindah ke dalam kampung Sedahromo Lor karena terkena pelebaran jalan.

Saat ini warung H Slamet memiliki 17 karyawan yang bekerja di bagian dapur [12 orang] dan pelayanan [5 orang]. Bu Baryatin, istri H Slamet menjadi komandan di bagian dapur dan H Slamet sendiri menjadi pengawas di bagian pelayanan.

Kami sampai di warung H Slamet sekitar jam 11.15, agak terlalu cepat untuk makan siang, namun suasana warung sudah sangat ramai, penuh dengan pengunjung yang menikmati makan siang. Beruntung kami masih memperoleh satu meja kosong dengan tempat duduk lesehan di atas tikar. Kami pun kemudian memesan menu makan siang. Saya dan Bima memesan dada bebek goreng, Ibunya Afa memesan paha bebek goreng da Afa memesan kepala bebek goreng. Sedangkan untuk minuman kami memesan teh manis dan jeruk panas.

Pesanan kami datang tidak lama kemudian. Bebek goreng disajikan dalam satu piring, lalapan dalam piring yang lain dan samabal koreknya disajikan dalam cobek tanah liat.

Bebek goreng adalah menu andalan di rumah makan ini. Bebek goreng menggunakan bahan bebek apkiran yaitu bebek yang sudah bertelur 4 kali selama kurang lebih 2 tahun. Penggunaan bebek apkiran ini karena dagingnya tidak mudah hancur seperti kalau menggunakan bebek muda. Bebek goreng ini direbus dulu bersama dengan bumbu sebelum digoreng, sehingga bumbunya meresap dan empuk.
Read More... Bebek Goreng Pak Slamet Solo

Keraton Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran atau Puro Mangkunegaran dalam pelafalan bahasa Jawa, adalah salah satu istana yang ada di kota Solo, meskipun bentuknya lebih kecil dari Keraton Surakarta, namun keindahannya masih terlihat hinggaga sekarang. Seperti yang disebutkan di berbagai sumber, Pura Mangkunegaran dibangun setelah Perjanjian Salatiga di tahun 1757. Sama halnya seperti Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran juga mengalami perubahan pada arsitektur bangunannya, yang bisa dilihat dari percampuran gaya Eropa di beberapa bagian bangunan. Diperkirakan bentuk Pura Mangkunegaran yang sekarang ini dibangun oleh KGPAA Mangkunegara II yang memerintah antara tahun 1804-1866.

Di sini juga pengunjung diajak untuk menelurusi jejak sejarah dan peninggalan yang mengagumkan, karena selain bangunan yang indah, Pura Mangkunegaran juga menyimpan koleksi buku dan sastra. Semuanya tertata di Rekso Pustaka ( Rekso Pustoko, dalam lafal Jawa) yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro IV, untuk menjaga khazanah ilmu yang berkembang di Pura Mangkunegaran.

Pura Mangkunegaran ini terletak di pusat kota Solo, sehingga mudah untuk dijangkau dengan berbagai sarana transportasi. Tepatnya terletak diantara Jl. Ronggo Warsito, Jl. Kartini, Jl. Siswa dan Jl. Teuku Umar.

Sumber : www.disolo.com
Read More... Keraton Mangkunegaran

Kampoeng Batik Laweyan Solo

Laweyen adalah salah satu sentral Batik di Solo. Kampung ini Tentunya ada banyak sekali sejarah yang tertinggal di kapung ini dan menjadi icon Batik Solo

Batik merupakan hasil karya seni tradisional yang banyak ditekuni masyarakat Laweyan. Sejak abad ke-19 kampung ini sudah dikenal sebagai kampung batik. Itulah sebabnya kampung Laweyan pernah dikenal sebagai kampung juragan batik yang mencapai kejayaannya di era tahun 70-an. Menurut Alpha yang juga pengelola Batik Mahkota,

Di kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Batikan, dan Jongke, yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada tahun 1912.

Bekas kejayaan para saudagar batik pribumi tempo doeloe yang biasa disebut ‘Gal Gendhu’ ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik.
Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman, yang berada di poros Keraton Kasunanan Surakarta – bekas Keraton Mataram di Kartasura. Dari Jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut regol. Sepintas tak terlalu menarik, bahkan banyak yang kusam. Tapi begitu regol dibuka, barulah tampak bangunan rumah besar dengan arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari bangunan utama di tengah, bangunan sayap di kanan-kirinya, dan bangunan pendukung di belakangnya, serta halaman depan yang luas.

Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang dirawat dan dijadikan homestay Roemahkoe yang dilengkapi restoran Lestari.

Tentu saja tak semuanya bisa membangun “istana” yang luas, karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun “istana”-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati satu orang atau sepeda motor.

Tapi di sinilah uniknya. Menelusuri lorong-lorong sempit di antara tembok tinggi rumah-rumah kuno ini sangat mengasyikkan. Kita seolah berjalan di antara monumen sejarah kejayaan pedagang batik tempo doeloe. Pola lorong-lorong sempit yang diapit tembok rumah gedongan yang tinggi semacam ini juga terdapat di kawasan Kauman, Kemlayan, dan Pasar Kliwon. Karena mengasyikkan, menelusuri lorong-lorong sejarah kejayaan Laweyan yang eksotis ini bisa menghabiskan waktu. Apalagi jika Anda melongok ke dalam, melihat isi dan keindahan ornamen semua “istana” di kawasan ini.

Tapi sayangnya satu per satu bangunan kuno yang berarsitektur cantik, hancur digempur zaman, digantikan ruko atau bangunan komersial baru yang arsitekturnya sama sekali tidak jelas. Pemerintah daerah setempat tak bertindak apa pun menghadapi kerusakan artefak sejarah ini. Bahkan bekas rumah Ketua Sarekat Dagang Islam H. Samanhoedi, yang seharusnya dilindungi sebagai saksi sejarah, sudah tidak utuh lagi, bagian depannya digempur habis. Bekas istana Mataram di Kartasura juga dibiarkan hancur berantakan.
Read More... Kampoeng Batik Laweyan Solo

Serabi Notosuman Khas Solo

Serabi Notosuman sangat terkenal, terletak di daerah Notosuman, dibuat sejak tahun 20-an. Seolah tak ketinggalan jaman, banyak pendatang membeli untuk dijadikan oleh-oleh. Rasanya gurih berasal dari santan kelapa, dengan pilihan taburan coklat di atasnya.

Karena ramainya pembeli, disarankan Anda memesan dahulu lewat telepon, namun harus diambil tepat waktu menurut perjanjian, jika terlambat, Anda akan kecewa karena serabi Anda telah dijual kepada orang lain. Harganya lebih mahal dibanding serabi yang dijual di pinggir jalan Slamet Riyadi, karena memang rasanya beda, lebih gurih dan manis, dan tahan hingga 24 jam.
 Siapa yang tak kenal serabi solo? Saking terkenalnya penganan yang satu ini selalu menjadi buah tangan saat berkunjung ke kota tersebut. Salah satu penjual serabi yang terkenal adalah serabi Notosuman. Selain enak, legit, juga telah terjamin kehalalannya!

Di kota Solo memang banyak pembuat serabi, namun yang paling terkenal adalah Serabi Notosuman. Saking terkenalnya bahkan namanya sudah melagenda melebihi nama daerah tempat serabi tersebut berasal – Notosuman yang kini telah berganti nama menjadi Jl. Mohammad Yamin.

Serabi terbuat dari bahan dasar tepung beras dan santan. Oleh karena itu pula serabi ini hanya mampu bertahan selama 24 jam alias satu hari lamanya. Bentuknya yang bulat dengan taburan areh diatasnya memberi aksen gurih dan khas pada serabi Notosuman tersebut.

Ada dua toko penjual Serabi Notosuman yang terletak di Jl. Mohammad Yamin tersebut. Masing-masing dikenal sebagai serabi bungkus hijau dan serabi bungkus orange – meski begitu keduanya sama-sama berasal dari keturunan yang sama dari Hoo Gek Hok si perintis Serabi Notosuman sejak tahun 1923.

Serabi solo bungkus hijau dikenal sebagai Serabi Notosuman Ny. Lydia. Lydiawati merupakan pemilik toko serabi dan sekaligus merupakan generasi ke-3 dari Serabi Notosuman. Meski berada di jalan yang sama dan menjual produk yang sama, ia mengaku tidak saling bersaing dengan serabi bungkus orange milik saudaranya.

Yang membuat keduanya berbeda, Serabi Notosuman Ny. Lydia telah terjamin kehalalannya karena telah dilengkapi sertifikat halal. Kini dengan sertifikat halal yang dimilikinya, ia pun makin mantap dan yakin dalam menjawab keraguan para pelanggannya. Bahkan pembeli akan semakin merasa aman dengan logo halal yang terpampang di billboard tokonya.

“Saya bertanggung jawab dengan bahan-bahan dan kualitas serabi ini sehingga langkah sertifikasi halal penting. Dengan itu saya tidak hanya bertanggung jawab pada konsumen tetapi juga pada Tuhan,” ujar Lydia kepada Jurnal Halal.

Banyak pelanggan yang datang lantas tak membuatnya berpuas diri. Ia pun melakukan penyempurnaan pada tokonya dengan melakukan pemisahan ruang produksi dan ruang toko untuk melayani para konsumen, sesuai dengan peraturan pemerintah.

Untuk melayani para pelanggannya Serabi Notosuman sudah mulai membuka tokonya sejak pukul 3 pagi. Para langganannya pun sangat beragam mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, wisatawan, hingga para pejabat. Nah, kalau berkunjung ke Solo jangan lewatkan mencicipi serabi Notosuman ya?

Serabi Notosuman
Jl. Mohhamad Yamin No.28
Solo
Telp: 0271-651 852/634433
Read More... Serabi Notosuman Khas Solo

Pujamari Sragen

Sejak dibuka pada akhir Februari 2008 lalu, Pusat Jajan Malam hari (Pujamari) tak pernah sepi pengunjung, tiap malamnya dikunjungi tak kurang dari 500 orang. Bila malam minggu, pengunjung bisa dipastikan lebih banyak dari hari-hari biasa. ”Pada malam Minggu pengunjung yang datang kesini biasanya sekitar 700 sampai 800 orang” terang Nugroho, Manajer Pujamari.

Pujamari merupakan tempat jajan malam hari yang terletak di pinggir jalan raya Sukowati, tepatnya di halaman Galery Batik Sukowati, tak jauh dari Kantor Pemkab Sragen. Pujamari hanya dibuka pada malam hari jam 17.00 wib sampai jam 22.00 wib. Tak jarang jam 21.00 wib sudah tutup karena makanan telah habis diserbu pengunjung.

Pengunjung tidak hanya di dominasi oleh warga Sragen saja. Banyak juga pengunjung yang datang dari luar Sragen, hal ini bisa dilihat dari plat mobil yang di parkir di pelataran Pujamari. Salah satunya adalah Ardian warga Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Ardian, yang datang dengan menggunakan mobil plat AE, mengatakan bahwa bila ia jajan di Pujamari serasa menikmati suasana malam hari di Singapura. Menurutnya desain tempat Pujamari hampir mirip dengan tempat jajan malam hari di Singapura. Ia yang pernah tinggal di Singapura selama sepuluh tahun, bila kangen dengan suasana malam hari di Singapura pastilah ia singgah di Pujamari. ”Sudah sekitar 15 kali, saya menikmati makan malam di Pujamari bersama keluarga” aku Ardian.

Kebanyakan pengunjung datang bersama dengan keluarga, anak dan istrinya. Dari kalangan muda biasanya datang bersama teman-temannya. Seperti Arifah, Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Surakarta, yang malam itu datang ke Pujamari bersama 10 orang teman-teman se-Fakultasnya. Ia mengatakan, bahwa Pujamari sangat enak untuk ngumpul-ngumpul bersama teman-temannya. ”Makan malam di Pujamari sangat asyik banget, suasanya santai, asyik untuk ngumpul bersama teman-teman” aku Arifah.

Banyak menu yang disediakan disini, mulai dari nasi tumpang mbah Jami, soto daging sapi S. Gimo Girin, Tengkleng Sapi Taruna Sukowati, sego liwet padang bulan, mie ayam bakso sony dan gudek ceker bu Ami. Disini juga disediakan puluhan aneka macam minuman. Menurut Nugroho, menu yang paling digemari pengunjung yang berasal dari luar Sragen adalah nasi tumpang. ”Karena nasi tumpang sulit di temui di luar daerah Sragen dan Solo, sehingga banyak pengunjung dari luar Sragen yang menyukai menu ini” terang Nugroho.

Pengunjung yang menikmati makan malam disini, disuguhi oleh alunan musik keroncong yang dibawakan oleh 5 orang. Pengunjung bisa meminta lagu-lagu kesukaannya. Kedepan, selain musik keroncong juga akan di varisasi dengan musik campur sari. ”Agar pengunjung tidak bosan, kami akan mevariasi musik pengiring dengan musik campu sari, organ tunggal dan musik klasik” terang Nugroho.

Sambil makan malam di Pujamari, pengunjung juga dapat menikmati suasana Jalan raya Sukowati di waktu malam. Aneka lampu hias warna-warni yang terpasang disepanjang jalan Sukowati ditambah tertibnya para pengguna lalu lintas di sepanjang jalan tersebut semakin menambah indahnya kota Sragen dimalam hari

Sumber : htt://www.sragenkab.go.id
Read More... Pujamari Sragen

Soto Girin Sragen

Soto Girin adalah masakan khas Sragen yang bukan sekedar soto yang pernah kita rasakan, soto ini dapat menghipnotis setiap pelanggan yang datang dan merasakan masakan ini karena cara memasak menggunakan kuali yang terbuat dari tanah liat kemudian untuk perapian menggunakan arang atau kayu bakar.

Soto Girin ini berdiri berpuluh-puluh tahun yang lalu dan diwariskan secara turun-temurun oleh keluarga Pak Girin Cabangnya pun ada dimana-mana, ada yang di Solo, Karanganyar dan Manahan. Sedangkan yang ada di Sragen sendiri berada di jalan Brigjend. Katamso No. 2, Sragen. Pelanggan soto Pak Girin ini tak hanya dari dalam kota saja, melainkan dari luar kota Sragen dan dari para pejabat hingga rombongan pariwisata.

Cara penyajian soto ini tidak jauh berbeda dengan penyajian soto-soto pada umumnya. Berisi nasi putih, taoge dan irisan seledri segar yang kemudian disiram kuah kaldu hangat beserta daging sapi dan ditaburi bawang goreng diatasnya. Biasanya para pelanggan yang makan di tempat ini bisa menghabiskan 2 mangkuk, karena mangkuknya berukuran kecil setengah dari mangkuk-mangkuk biasa, dan menurut beberapa orang soto yang ada di cabangnya berbeda dan tidak bisa seenak dari yang ada di pusatnya. Konon menurut sesepuhnya, soto ini akan berubah rasa apabila dibuka ditempat lain.Warung Soto ini dibuka dari jam 5 subuh dan para kuliner tidak perlu khawatir bahkan sampai sore jam 8 pun masih buka.
Read More... Soto Girin Sragen

SACI Camilan Khas Sragen

SRAGEN - Makanan kecil atau camilan, adalah  jenis makanan yang banyak dicari orang untuk sekedar menemani berbagai aktivitas, sebagai suguhan tamu atau untuk buah tangan atau oleh-oleh. Di Sragen sendiri sat ini tekah dikembangkan  camilan khas Sragen, yang diberi  nama Saci alias Sragen munchies. Saci adalah camilan sejenis dodol yang terbuat dari bahan alami dan baru diperkenalkan pada tahun 2009 ini. Saci memilki cita rasa yang manis dan legit, serta bentuk fisik yang menarik sehingga memikat siapapun untuk mencicipi makanan tersebut.

        “Bermula dari camilan asal Turki yang bernama Turkish delight yang  merupakan oleh-oleh khas asal Turki. Dari situlah tercetus ide agar Sragen mempunyai camilan khas yang tak ada di kota lain,” ungkap supervisor food production house nDayu Park Sragen Yunita Parwitri, S. Farm, Apt.

       Menurut Yunita satu pak saci  berisi 10 potong dijual seharga Rp. 15 ribu. Harga Rp 15 ribu per pak tersebut  tidaklah mahal apabila, apabila dibandingkan dengan rasanya yang lezat, kemasan yang menarik serta, bahan-bahannya yang alami, tanpa bahan kimia. Bahan baku  Saci terbuat dari tepung garut, gula aren dan bumbu-bumbu lain. Selain itu untuk pelezat juga menggunakan madu murni serta kacang mete.

       Untuk sementara produk camilan Saci  ini baru bisa dibeli di resto nDayu park, Sentra Bisnis Batik Sukowati (SBBI) dan Galeri Batik Sukowati. Untuk pengembangan kedepan rencananya produk ini akan dipasarkan ke seluruh wilayah  Jawa Tengah.

        “Saci sudah mendapatkan nomor registrasi produk dari Badan Pelayanan Terpadu Sragen. Aman dikonsumsi karena tidak mengandung pewarna dan zat pengawet,” ungkap Yunita.

       Salah satu pembeli saci, Vivi (16 tahun) mengaku sangat menyukai makanan ini, karena  rasa manis dan legitnya yang sangat khas. “Makanan ini mirip dodol, tapi rasanya sangat khas dan beda dengan  dodol-dodol  pada umumnya. Yang jelas tak ada duanya” kata Vivi.  (Rin – Humas)


Sumber : http://www.sragenkab.go.id
Read More... SACI Camilan Khas Sragen

Sungkeman Bahasa Jawa

Ya lebaran .... saatnya pulang kampung (mudik) bagi yang tinggal di perkotaan. Apalagi bagi yang masih memiliki orang tua, saudara, dan lain-lain. Maka lebaran dijadikan ajang untuk bersilaturahmi dengan orang tua, kakek, nenek, sesepuh, dll...

Kalau beberapa dekade tahun yang lalu, teks sungkeman kepada orang tua atau sesepuh itu panjang dan menggunakan boso kromo. Ini contoh teks sungkeman yang masih saya ingat :

"Ngaturaken sugeng riyadi (pak/bu/mbah), minal aidzin wal waidzin, kulo tiyang enem kathah klenta-klentunipun. Ing dinten riyaya punika kulo nyuwun gunging samodra pangaksami tumrap sedoyo kalepatan kulo. Mugi-mugi kito sedoyo diparingi keslametan saking Gusti Allah SWT"
Biasanya dijawab begini :

"Pada-pada (nak/putu/buyut), aku wong tuwo yo ake salahe...... dst...........dst................"
Read More... Sungkeman Bahasa Jawa

Bukit Cemara

Bukit Cemara adalah nama suatu perbukitan di sebelah utara Karanganyar. Perbukitan ini merupakan gugusan perbukitan Serayu yang membentang dari barat (Sungai Serayu) hingga Magelang. Bukit Cemara terdiri dari 2 bukit kembar yang tingginya lebih kurang 500 m.

Mengenang bukit Cemara yang diera tahun 1970 an masih sangat bagus dan subur. Disisi-sisi bukit masih banyak air sungai (kalen) yang mengalirkan air pegunungan yang bening dan dingin. Disebelah timur ada curug (air terjun) yang diberi nama Suruhan, yang airnya sangat bening. Namun disitu ada lubuk yang cukup dalam sekitar 10 m, yang konon kabarnya ada binatang Pelus (sidat raksasa). Mandi di curug Suruhan sangat mengasyikkan, karena airnya bening dan sejuk.

Dipuncak bukit ada pohon wuni, yang buahnya lumayan kecut, tapi kalau tidak memetik buah wuni rasanya ada yang kurang. Memandang pemandangan dari puncak bukit sangat menyenangkan, terlihat dikejauhan selatan bukit-bukit yang membujur dari Gombong ke Karangbolong.

Mata pencaharian penduduk dibukit adalah berladang terutama menanam singkong, sayur-mayur, dan buah-buahan. hasil buminya dijual ke Karanganyar. Disamping itu penduduk juga memanfaatkan batu cadas untuk membuat tungku api, dan dijual di pasar Karagnanyar.

Disekitar bukit juga tumbuh pohon bambu kecil atau disebut pring tulup. Bambu-bambu ini biasa digunakan untuk membuat seruling. Namun oleh anak-anak digunakan sebagai mainan untuk membuat tulup (sampit), dengan pelurunya tanah lempung atau mata anak panah.

Dibukit tersebut juga tumbuh pohon langka seperti pohon kepel, dimana buah kepel itu unik karena berbuah disepanjang batang pohon dan dahannya. Rasanya manis kalau udah masak, dan rasanya khas & unik.
Read More... Bukit Cemara

Pranata Mangsa

Masyarakat Jawa pada umumnya menggunakan pedoman  petungan Pranata Mangsa (perhitungan musim) untuk bercocok tanam. Perhitungan musim ini didasarkan pada pengalaman-pengalaman kaum tani di Jawa semenjak jaman dahulu, yang berpatokan kepada gejala alam misalnya musim penghujan dan musim kemarau.

Adapun jenis-jenis musim menurut Pranata Mangsa selama setahun:

No
Mangsa
Waktu
Keterangan
1
KASO
22/23 Juni – 2/3 Agustus
Musim menanam palawija; tanah sawah melungka
2
KARO
2/3 Agustus – 25/26 Agustus
Musim bertanam palawija tahap kedua
3
KETIGA
25/26 Agustus – 18/19 September
Musim panen palawija, udara dingin, minyak goreng membeku, ada lintang kemukus
4
KAPAT
18/19 September – 13/14 Oktober
Musim sumur mengering
5
KALIMA
13/14 Oktober – 9/10 Nopember
Musim hujan mulai turun, pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda
6
KANEM
9/10 Nopember – 22/23 Desember
Musim buah-buahan mulai tua dan petani mulai menggarap sawah
7
KAPITU
22/23 Desember – 3/4 Pebruari
Musim banjir, badai, petir dan petani mulai tandur,
8
KAWOLU
2/3 Februari – 1 Maret
Musim padi mulai tegak, banyak hama dan penyakit
9
KASANGA
1/2 Maret – 26/27 Maret
Musim padi berbunga
10
KADASA
26/27 Maret – 19/20 April
Musim padi mulai berbuah
11
DESTA
19/20 April – 12/13 Mei
Musim panen padi, dan mulai menanam palawija
12
SADA
12/13 April – 22/23 Juni
Musim menumpuk jerami

Namun dengan adanya pemanasan global, maka terjadi perubahan-perubahan iklim di dunia. Sebagai gambaran, harusnya pada awal bulan Mei ini kalau merujuk Pranata Mangsa di atas, sekarang adalah musim Desta (ke-11) atau sedang memanen padi. Namun kenyataan sekaran ini di Karanganyar pada umumnya mereka baru selesai tandur padi.
Read More... Pranata Mangsa

Pantai Petanahan

Pantai Petanahan terletak dibibir samudera Indonesia, tepatnya di pantai selatan Jawa Tengah. Pantai ini sangat luas membentang dari ujung barat (pantai Karangbolong) sampai ke muara sungai Lukulo.

Pantai Petanahan sangat ramai dikunjungi warga terutama pada hari liburan dan hari raya. Menurut keyakinan para pengunjung, bahwa dengan berkunjung ke laut pada hari lebaran, maka dosa-dosa mereka akan dilebur ke laut.

Untuk mencapai pantai Petanahan, yaitu melalui jalur lintas selatan Propinsi Jawa tengah, tepatnya jika melalui Karanganyar, dari pertigaan Guyangan-Sruweng belok ke selatan terus sampai ke desa Karanggadung dan lokasi pantai, dengan jarak sekitar ± 12 km.

Ombak di pantai Petanahan tergolong tinggi dan ganas, dengan ketinggian rata-rata 3 s/d 5 meter. Sehingga pantai Petanahan dikategorikan sebagai pantai yang berbahaya bagi pengunjung, dan para pengunjung dilarang keras mandi di laut.

Pemandangan di pantai Petanahan memang mengasyikan, memandang ombak bergulung-gulung yang tiada henti, dan sejauh mata memandang adalah laut biru yang dalam.

Dipantai banyak orang berjualan seperti bakso, pecel, lotek, mendoan dan makanan / minuman lain, sehingga pengunjung tidak perlu bawa bekal banyak-banyak. Selain itu juga ada penjual souvenir, kerajinan tangan dan lain-lain.

Tips berkunjung ke pantai Petanahan :
    Jangan memakai pakaian hijau gadung, karena warna tersebut merupakan warna kesukaan Nyi Loro Kidul, sehingga bagi yang memakai warna tersebut kemungkinan akan "tersesat dan hilang".
    Jangan mandi di laut, karena hempasan ombak sangat besar dan ganas.
    Jangan berdiri air laut terlalu jauh dari bibir pantai, karena arus air di pasir jauh lebih cepat daripada arus permukaan.
    Bawa topi, payung dan kacamata hitam, untuk menghindari radiasi matahari, karena sangat panas oleh sinar matahari.
    Pakailah sandal, tidak perlu pakai sepatu.
    Jangan membiarkan anak kecil bermain pasir sendirian dan masuk ke air laut.
    Selalu waspada, karena ombak sewaktu-waktu dapat menggulung sampai jauh ke bibir pantai.
    Ingat.....sudah banyak nyawa melayang di pantai Petanahan karena terseret ombak.
Read More... Pantai Petanahan

Kuliner Karanganyar Dari Yang Unik Sampai Yang Ekstrem



Sate Landak
Kesejukan kawasan Kabupaten Karanganyar sangat mendukung wisata kuliner karena di daerah ini ada cukup banyak santapan dan penganan unik. Salah satunya adalah sate landak di kawasan objek wisata lereng Gunung Lawu, Karanganyar. Di daerah ini terdapat warung makan milik Sukatno yang menjadi buruan para wisatawan termasuk pemudik.

SATE LANDAK -- Sate landak tengah dibakar di warung milik Sukatno di pinggiran jalan raya Tawangmangu-Matesih Km 2, Karanganyar. (JIBI/SOLOPOS/dok)
Selama libur Lebaran, warung makan di Jl Matesih-Tawangmangu Km 2 ini kebanjiran pembeli. Tidak hanya sajian makanan yang menggoda selera, warung makan milik Sukatno ini menawarkan panorama alam pegunungan. Cukup bermodalkan Rp 30.000, konsumen dapat menikmati satu porsi sate landak dan segelas bir plethok penghangat tubuh yang berbahan rempah-rempah.

Tidak hanya sate landak, di warung ini juga menyediakan menu ekstrem lainnya seperti sate kalong, biawak dan tupai.
Pemudik dari Bandung, Cecep F, saat dijumpai, Jumat (2/9/2011), menjajal rasa daging hewan berkulit duri itu. “Ternyata rasanya enak dan tidak berbau amis. Dagingnya empuk tidak kalah dengan daging kelinci,” ujarnya.

Selain dapat mencoba menu ekstrem, para pemudik tidak perlu bingung mencari oleh-oleh khas Karanganyar. Sukatno termasuk kreator bakpia ubi cilawu khas Tawangmangu. Bukannya berisi kacang hijau seperti bakpia Pathuk khas Jogja, bakpia Cilawu berisi pisang raja dan ubi cilawu. Rasanya tak kalah nikmat dengan bakpia-bakpia yang sudah terkenal lebih dulu di pasaran. ”Selama Lebaran ini, permintaan naik hampir 200%. Karena ini satu-satunya oleh-oleh bakpia khas Karanganyar,” ujar Sukatno.

Bakpia Isi Pisang

BAKPIA KHAS -- Jika Jogja punya bakpia Pathuk dengan isi kacang hijau, Karanganyar punya bakpia khas yang diisi pisang dan ubi Cilawu, alias ubi madu Cilembu yang dibudidayakan di Tawangmangu. (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)
Ide awal membuat bakpia karena dia senang membuat sesuatu yang belum ada. Yang sudah ada dan yang belum ada itu, lebih banyak yang belum ada. Bakpia menggunakan pisang raja dan ubi cilawu karena dirinya ingin memanfaatkan hasil alam Tawangmangu. Benar-benar khas makanan Karanganyar. ”Pisang raja banyak ditemukan di Tawangmangu sedangkan ubi cilawu, sebenarnya ubi cilembu yang dibudidayakan di Tawangmangu. Ubi ini ubi cilembu yang berkembang di lereng Lawu,” paparnya.

Setiap pekan, sedikitnya 200 dus bakpia dilempar ke pasaran melalui toko-toko dan hotel di Tawangmangu. Tiap dus berisi 16 biji bakpia. Bakpia tersebut juga hampa udara, mampu bertahan hingga satu tahun lebih tanpa bahan pengawet. ”Kemarin kami membuat dua kali lipat dari biasa, 200 dus menjadi 400-an dus, dan kini sudah habis. Lebaran ini benar-benar laris manis,” tuturnya.

Dia menuturkan jumlah pembeli mulai mengalami kenaikan hingga 100% dibandingkan hari-hari biasanya. Kenaikan jumlah pembeli mulai terjadi pada H+1 Lebaran ini. Menurutnya, para pembeli mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumahnya masing-masing. “Ya ini sudah mulai ada kenaikan jumlah pembeli,” katanya.


Sumber : http://www.solopos.com
Read More... Kuliner Karanganyar Dari Yang Unik Sampai Yang Ekstrem